Lihat ke Halaman Asli

Auuu

Mahasiswa

Intensitas Pembangunan dan Konsorsium di Indonesia

Diperbarui: 9 April 2023   01:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tingkat kemajuan suatu daerah tentunya dilihat dari banyaknya faktor. Mulai dari kemampuan suatu daerah dalam menerapkan kecanggihan teknologi di setiap halnya, kemajuan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat dilihat dari rata -- rata jenjang Pendidikan yang ditempuh penduduk setempat, keseimbangan tenaga kerja dengan lowongan kerja yang ada, atau pendapatan dari masing -- masing kepala, kemudahan akses transportasi hingga pembangunan yang terus dilakukan.

Menurut sudut pandang saya, hal non fisik yang sangat berperan sebagai kunci kemajuan suatu daerah yaitu kualitas SDM didalamnya. Masyarakat yang teredukasi dengan baik tentu akan lebih mudah untuk diarahkan pemerintah. Selain itu, meningkatnya kualitas SDM yang ada juga akan mencetak penerus berkualitas yang mampu menggiring daerah tersebut ke arah pembangunan yang optimal. Sedangkan jika ditinjau dari aspek fisiknya, pembangunan merupakan hal yang sangat krusial yang dapat dijadikan barometer kemajuan suatu daerah.

Dengan pembangunan yang ada, kita dapat langsung menentukan tingkat perkembangan dan kemajuan daerah tersebut. Namun, pembangunan yang optimal sendiri merupakan pembangunan yang sifatnya menciptakan "pertumbuhan" yang serentak dari segala aspek. 

Hal ini dikarenakan jika pembangunan hanya difokuskan pada satu aspek saja, maka akan menimbulkan suatu kesenjangan. Sebagai contoh jika pembangunan fasilitas perbelanjaan digencarkan namun fasilitas sekolah dan akses jalannya mengalami kerusakan parah. Oleh karena itu pembangunan sebaiknya dilakukan sedikit demi sedikit namun sifatnya merata.

Hal ini nampak nyata di Kabupaten Tangerang, dimana terdapat beberapa kecamatan yang sangat gencar dalam pembangunannya namun kecamatan lainnya cenderung masih tertinggal di bidang pembangunan sarana yang seharusnya ada dengan layak. Hal ini contohnya ditandai dengan adanya pembangunan peningkatan jalan, rehabilitasi jalan, serta pembangunan konstruuksi Sumber Daya Air (SDA) di 15 titik di Kabupaten Tangerang, jika ditinjau dari pembangunan perbaikan jalan yang akan dilaksanakan, agenda terkait hal ini didominasi oleh jalan yang berada di Cikupa, Balaraja, Tigaraksa, dan Kelapa Dua. 

Hal ini menandakan bahwa pembangunan perbaikan jalan dan pedestrian yang ada hanya terfokus di beberapa kecamatan yang sangat padat dari kegiatan ekonomi didalamnya. Sedangkan pembangunan terkait Sumber Daya Air (SDA) yang ada pun dilaksanakan di wilayah yang memiliki potensi akan kualitas air yang sesuai dengan standar yang ada sehingga layak untuk digunakan oleh masyarakat setempat sebagai pasokan air bersih. Namun banyaknya pembangunan yang dilaksanakan sepertinya akan terus membuat pemerintah setempat seolah -- olah melupakan wilayah lain yang ada di Kabupaten Tangerang. Hal ini ditandai dengan pengupayaan yang akan dilakukan pemda di Kecamatan Sepatan dalam hal pembangunan sarana Pendidikan. Pembangunan sekolah di kecamatan ini menjadi hal yang diprioritaskan di tahun 2023 ini. Status prioritas akan pembangunan sekolah yang dikedepankan menunjukkan bahwa kondisi sekolah sudah tidak layak untuk dilakukan kegiatan belajar mengajar di dalamnya.

  

Kemajuan pembangunan infrastruktur yang ada di Indonesia mengantarkan Indonesia pada peringkat ke- 4 sebagai negara dengan Infrastruktur dan kesiapan network di antara 10 negara ASEAN lainnya. Hingga saat ini, posisi kita dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini diucapkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara. Namun, jika peringkat ini dioerientasikan pada peringkat dunia, Indonesia menempati peringkat ke- 54 dari total 133 negara yang ada di dunia jika berdasarkan penempatan oleh World Economic Forum pada 2009.

Peringkat ke- 54 dari jumlah 133 negara mungkin dapat dikatakan sebagai urutan yang tidak terlalu berada dalam posisi terbawah, namun hal ini masih dikategorikan dalam daya saing yang rendah. Rendahnya peringkat yang kita dapatkan ini tentunya disebabkan oleh kurangnya ketersediaan akses jalan bebas hambatan yang merata, selain itu terdapat jembatan yang realisasinya masih belum terlaksana hingga kini. Jembatan yang dimaksud yaitu jembatan Selat Sunda. 

Diharapkan dengan dibuatnya jembatan ini akan mempermudah moblitas masyarakat, mempercepat proses distribusi barang dan jasa yang dapat memicu Indonesia semakin focus memajukan pembangunan negeri. Bahkan kita juga mengalami kerusakan pada hal -- hal yang sifatnya krusial, seperti ketersediaan air baku yang layak. Untuk itu kita masih memerlukan banyak infrastruktur guna mendukung pembangunan yang ada.

Walaupun perencanaan dapat dilakukan dengan sesempurna mungkin, keadaan kondisi di lapangan yang begitu abstrak dan sulit untuk diprediksi membuat rencana pembangunan yang ada kerap kali mengalami kendala dan hambatan. Beberapa faktor yang dapat menghambat berjalannya pembangunan antara lain tanggapan masyarkat yang erat kaitannya dengan faktor sosial. Penolakan yang keluar dari masyarakat menjadikan rencana pembangunan harus mengalami pengkajian ulang. Selain itu, kurangnya koordinasi antara pemerintah dan warga local juga memicu terjadinya perbedaan faham yang bisa menimbulkan gesekan. Faktor lain yang dapat menghambat pembangunan yaitu terkait dengan ketersediaan dana. Anggaran dana yang dikeluarkan tentunya tercantum dalam laporan APBN dan APBD, namun terkadang kurangnya dorongan dari investor menyebabkan rencana tersebut tidak mudah untuk terealisasikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline