Ini sudah yang ketiga kalinya aku menemukan coklat batangan beserta surat yang bertuliskan "Semangat untuk hari ini!" di kolong mejaku. Dua hari yang lalu, tepat saat hari valentine aku mendapatkan coklat pertama, saat itu aku sangat senang karena ada yang memberiku coklat. Aku memamerkan coklat itu pada teman-teman ku dan mendapat sorakan cie-cie.
Namun ternyata keberadaan coklat itu jadi berlanjut sampai sekarang, lama-kelamaan rasanya jadi ngeri. Kira-kira siapa yang kurang kerjaan dengan membuang-buang uangnya untuk membeli coklat batangan yang ku tahu harganya lumayan mahal.
"Lo dapet coklat lagi Le?" tanya temanku Anya yang baru saja masuk ke kelas.Aku mengangguk dengan wajah bingung, "Menurut lo serem ga sih? Lo dapet coklat tiga hari berturut-turut?" tanya ku.
"Engga juga sih Le, lumayan tahu! Lo kan jadi bisa makan coklat tiap hari, hahaha!" sahut anya yang menurutku salah.
"Kalau ternyata coklatnya isi santet gimana?" tanya ku tak masuk akal.
"Yaelah Alea, ini itu udah jaman maju, mana ada sih orang yang pake santet di coklat," ucap Anya sekaligus sebagai pengakhir percakapan kami karena Guru Olahraga sudah masuk ke kelas dan mengumumkan untuk segera ke lapangan.
Aku dan Anya sedang berjalan ke toilet untuk mengganti baju karena kami baru saja selesai dengan mapel olahraga. Ditengah perjalanan tiba-tiba seorang kakak kelas datang menghampiri kami.
"Baru habis olahraga ya?" tanyanya.
Aku yang memang ramah langsung tersenyum dan menjawab, "Iya kak, hehe." Setelah itu dia mengangguk dan langsung berjalan lebih cepat meninggalkan kami.
"Lo akrab Le?" tanya Indah.
"Engga juga, dia pengurus di ekstra PMR, jadi sering ketemu pas lagi ekstra," jawabku.
"Ramah bener ya, sampai nyapa adik kelas segala," ucap Anya.
"Lagian Cuma nyapa doang, ya mungkin dianya emang ramah lingkungan," sahutku.
Keesokan harinya aku sengaja datang lebih awal karena penasaran dengan sosok yang memberiku coklat terus-menerus. Aku berangkat pukul enam dan sampai di sekolah pukul enam lewat lima belas menit.
Walaupun suasana sekolah tampak seram karena masih sepi, aku tetap melanjutkan langkahku menuju kelas. Aku mengintip pelan memastikan bahwa kelasnya memang sepi. Akhirnya aku masuk dan memutuskan untuk sembunyi di barisan bangku belakang.
Benar saja, tidak sampai dua menit aku bersembunyi, ada orang yang masuk ke kelasku dengan langkah biasa. Orang itu berdiri di mejaku dan memasukan satu batang coklat berisi surat kedalam kolong meja. Aku tidak mengenalinya karena dia berdiri membelakangi ku.
Akhirnya aku memutuskan untuk keluar. "Eh kamu!" ucapku agak pelan.Dia terkejut dan langsung menoleh kearah ku.Jeng Jeng Jeng
Ternyata orang itu adalah Algara teman sekelas ku yang duduk di bangku paling depan.
"Loh? Jadi lo Gar yang ngasih gue coklat tiap hari?" tanya ku tak percaya.Dia gelagapan, "Eh bentar Le, bukan gue yang ngasih lo coklat, lo jangan kegeeran dulu!" elaknya.
"Terus? Sekarang lo namanya ngapain kalau gak ngasih gue coklat?" tanyaku sedikit kesal.
"Gue Cuma dimintain tolong karena kita sekelas, yang ngasih lo coklat itu Kak Samuel!" ucap Algara.
"Kak Samuel? Samuel yang mana?" tanyaku.
"Pake pura-pura lupa lo Le, yang namanya Samuel Cuma ada dua, satunya kakel satunya seangkatan, kalau gue bilang Kak Samuel, berarti yang gue maksud itu Samuel kakel pengurus Ekstra PMR," jawab Algara jengkel dan langsung duduk di bangkunya.
Aku duduk dan mengambil coklat beserta suratnya. Kali ini ternyata isi suratnya berbeda, "Semoga lo suka ya Dar sama coklat yang gue kasih " begitu isinya. Aku hanya diam dan coba menebak kira-kira kenapa Kak Samuel memberiku coklat terus.Anya yang baru masuk, langsung ku tarik untuk duduk. "Kenapa?" tanyanya.
"Gue udah tau siapa yang ngasih gue coklat selama ini!" ucapku to the point.
"Serius? Siapa?" tanya Anya.
"Kak Samuel! Kak Samuel!" sahutku.
"Hah? Kak Samuel pengurus ekstra PMR itu? Yang kemarin nyapa lo? Yang bener Le?!" tanya Anya syok.
"Iya gue serius, jadi tadi gue sengaja dateng pagi, terus gue mergokin si Algara masukin coklat ke kolong meja gue, pas gue tanya dia bilang kalau dia Cuma dimintain tolong sama Kak Samuel buat ngasih coklat itu," jelasku.
"Astaga Le, gue ga nyangka sumpah!" ucap Anya masih dengan raut syok nya.
"Apalagi gue Anya, gue gak pernah sedeket itu sama Kak Samuel", jawabku.
"Lo mau gimana sekarang?" tanya Anya."Gue bakal ngomong sama dia besok setelah ekstra."
Sesuai kataku, hari ini setelah ekstra berakhir aku memutuskan untuk berbicara dengan Kak Samuel.
"Kenapa Le?" tanya Kak Samuel.
"Em anu kak, itu semua coklat dari kakak?" tanyaku memberanikan diri.
Kak Rendy tersenyum. "Iya Le, lo suka kan?"
"Suka kok kak, makasih sebelumnya karena udah ngasih gue coklat, tapi buat apa ya kak? Kakak ngasih gue coklat tiap hari?" tanyaku.
"Gue sebenernya belum siap ngomong ini sama lo, tapi karena lo nanya yaudah. Gue suka sama lo Le, em lo mau gak jadi cewek gue?"Aku yang mendengar itu hanya diam terkejut.Ini pertama kalinya ada yang mengajak aku berpacaran, lebih-lebih lagi karena ini Kak Samuel, aku sama sekali tidak akrab dengannya.
"Kok bisa kak?" tanyaku.
"Kenapa engga? Gue pasti ketemu lo seminggu sekali pas ekstra, lo itu ramah dan sopan banget sama kakak kelas, lama-lama gue perhatiin eh gue malah jadi naksir sama lo," ucap Kak Samuel diselingi senyuman lebar.
"Jadi gimana Le?" sambung Kak Samuel.
"Maaf kak, gue engga bisa," jawabku setelah lama terdiam.Kak Samuel sedikit terkejut, "Alasannya?" tanyanya.
"Gue belum pernah pacaran dan kayaknya gue masih mau fokus sekolah kak, kalau gitu gue duluan ya kak," jawabku dan langsung pergi dari sana.
Sepanjang jalan aku merutuki alasan yang aku berikan pada Kak Samuel, seharusnya aku minta waktu buat jawab aja kalau hatiku masih gak yakin begini.
Setelahnya aku curhat dengan Anya tentang yang baru terjadi, dan akhirnya aku galau sendiri selama tiga hari. Aku bimbang, di satu sisi aku menyesal karena sudah menolak Kak Samuel, sisi yang lain aku merasa sudah melakukan hal yang benar.
Akhirnya seminggu kemudian, selesai ekstra aku kembali memberanikan diri untuk mengajak Kak Samuel bicara.
"Kenapa lagi Le?" tanyanya.
"Kak, lo engga benci sama gue kan?" tanyaku.
"Engga kok Le, gue juga mau minta maaf sama lo karena bikin lo kaget dan gak tenang. Tapi lo santai aja, gue juga sekarang udah sama Lala," ucap Kak Samuel.
Aku terkejut mendengar bahwa Kak Samuel sudah berpacaran dengan Kak Lala yang notabene juga pengurus ekstra PMR.
"Wah selamat ya kak!" ucapku.
"Thanks Le! Kalau gitu gue duluan ya," ucap Kak Samuel dan pergi dari sana.
Sedangkan aku masih terdiam, ada perasaan menyesal kenapa saat itu aku harus nolak Kak Samuel kalau ujung-ujungnya aku malah jatuh juga sama dia. Padahal tadi rencananya aku ingin minta maaf lagi dan bertanya apa ajakannya minggu lalu masih bisa aku terima. Tapi ternyata terlambat, nasi sudah jadi bubur.
Karena hal itu, aku jadi galau sendiri bahkan sampai Kak Samuel lulus. Terhitung sekitar delapan bulan, dan selama itu juga Anya selalu menghiburku dengan mengatakan bahwa aku memang tidak berjodoh dengan Kak Samuel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H