Lihat ke Halaman Asli

Maya Aurally

Mahasiswa

Uang Menjadi Standar Diterimanya di Masyarakat

Diperbarui: 13 Juni 2024   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ya, tidak asing lagi dengan pertanyaan "kerja di mana sekarang?", "kerja jadi apa?", "gajinya berapa?", dll. Individu yang bertempat tinggal di desa pasti ga asing lagi kalau kumpul-kumpul baik itu saudara sendiri atau tetangga pasti akan menanyakan hal tersebut. Padahal kita hanya ingin berkumpul dengan tujuan dapat mendengarkan pengalaman mereka atau bahkan mendapatkan sebuah ide yang baru. Semua orang belum tentu mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaannya, yaitu yang sesuai dengan passion-nya. Masyarakat di sekitar kita menganggap bahwa semua yang ada di dunia bisa dibeli jika kita punya uang, termasuk kebahagiaan.

Individu yang bekerja tak jarang akan merasakan stres jika di lingkungannya hanya menerima atau menganggapnya ada ketika memiliki uang. Tidak salah jika mereka bertanya seperti itu, namun pertanyaannya terkadang tidak hanya sampai di situ. Ketika sudah mengetahui tetangga nya sedang dalam keadaan susah, bebrapa dari mereka mulai menjauh dan tidak lagi ingin berteman. Bukan hanya masyarakat, saudara pun dapat melakukan hal yang sama seperti tetangga yang menjauh.

Pada era sekarang ini, semua yang serba canggih membuat masyarakat ingin memiliki semuanya. Tidak hanya memiliki saja, namun ingin menjadi orang yang mempunyai barang lebih bagus dan mahal dari yang lainnya. Sehingga, ketika orang lain melihat dia menjadi kagum serta disenangi banyak orang. Namun, masalah uang hanyalah kebahagiaan sementara jika kita hanya mengikuti omongan orang lain tanpa memikirkan masa depan. Uang adalah suatu rezeki yang diberikan oleh Allah karena kita mau untuk berusaha. Jika dalam menggunakannya kita tidak melibatkan Allah, maka semua itu hanya akan menjadi sia-sia.

Tak jarang pula, orang kekurangan dalam masalah ekonomi akan menjadi stress lalu bermain judi online, bahkan ada yang sampai depresi sehingga mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya. Mereka yang tidak melibatkan Allah di dalamnya hanya berpikir bahwa jika tidak ada uang maka dia tidak bisa hidup dengan layak. Masyarakat yang kurang mengetahui tentang makna kebahagiaan akan mengalami hal yang sama jika ekonominya berkurang. Padahal kebahagiaan tidak hanya berasal dari uang. Kebahagiaan dapat berasal dari mana saja, seperti dapat hidup dan bersosialisasi dengan aman, nyaman, dan harmonis.

Kebahagiaan memang perlu ada dalam setiap individu agar terhindar dari masalah gangguang psikologis. Selain kebahagiaan, perlu adanya rasa bersyukur. Karena dengan rasa syukur inilah seseorang akan mendapatkan kebahagiaan dan mengetahui maknanya. Syukur bukan berarti kita hanya menerima dengan begitu saja. Tetapi ciri orang tersebut memiliki rasa syukur yaitu, menikmati segala hal yang ia punya pada saat itu dengan rasa lapang dada dan bahagia. Jika seseorang hanya berkata, "saya bersyukur atas semua ini" tapi perasaannya masih sama, tidak ada rasa menikmati dan tidak bahagia maka itu bukan yang di maksud dengan bersyukur.

Ketika seseorang mengalami ekonomi yang rendah, maka perlu untuk bersabar dan mensyukuri masih diberikan badan yang sehat oleh Allah sehingga dapat mencari rezeki dari jalan lain. Jalan lain ini tentu adalah melalui jalan yang benar bukan jalan yang salah. Karena ketika kita mengikuti perintah Allah untuk tetap di jalan yang benar, maka rezeki yang datang juga akan halal. Rezeki yang halal itu akan mengalir dalam darah dan juga daging kita. Sehingga bisa dibayangkan apabila seseorang mencari rezeki yang haram, kemudian mengalir dalam darah dan daging. Mungkin kita tidak merasakannya, tetapi semua itu akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline