Haii para pembaca kompasiana, lama sekali mimin tidak menulis tetang anak usia dini. Sebelum mimin menulis tetang apa yang akan kita bicarakan hari ini, mimin mau bercerita sedikit pengalaman mimin yang menyangkut pembicaraan kita kali ini.
Ada anak sebut saja dengan sky, sky merupakan salah satu anak yang mimin kenal dekat. Sky adalah anak yang sangat pendiam dan tidak memiliki banyak teman tepatnya tidak mau memiliki teman, sky tidak pernah memperlihatkan kesedihan dan kegelisahannya pada oranglain. Padahal jauh dilubuk hatinya sky adalah anak yang rapuh. Orang tua sky jarang pulang kerumah karena bekerja, sedangkan dirumah sky hanya hidup dengan pembantu rumah tangganya. Sky di tuntut oleh orangtuanya menjadi anak yang pintar dan selalu juara dikelasnya Sedari kecil sedari anak usia dini sky dituntut lebih lebih dari teman temanya. Sedari kecil juga sky menjadi anak yang pendiam dan tidak mau memiliki teman. Perlakuan orangtua sky turun dari kakek sky yang merawat dan mengasuh ayahnya juga seperti ayah sky merawat dan mengasuh sky. Perawatan dan pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua sky membuat anaknya tidak percaya juga pada orang lain, karena takut apa yang diharpakn oranglain sama dengan harapan orangtua sky kepada sky. Sky piker sendiri lrbih nyaman dan enak. Padahal pada kenyataanya manusia tidka bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.Sky juga sangat sering diberi perlakuan pukulan atau apapun itu Ketika nilai sky anjlok dan tidak mendapat juagran kelas. Perilaku tersebut membuat mental anak sedari kecil sudah terancam.
Problematika yang banyak saya temui pada saat ini adalah masalah seperti masalah yang dialami sky. Banyak sekali orangtua yang masih melakukan perawatan dan pengasuhan dari orangtua mereka dulu. Padahal sudah berbeda zamannya. Perlakuan orangtua yang seperti itu dapat menjadikan anak kurang percaya diri dan tidak gampang percaya dengan orang lain, perilaku tersebut dapat disebut dengan trust issue yang dimiliki anak. Trust issue merupakan keadaan Dimana seseorang tidak percaya atau tidak mau percaya dengan orang lain (ANANDA MUHAMAD TRI UTAMA, 2022). Pengasuhan dan perawatan masa kini yang bisa dilihat dari kisah sky tadi adalah inner child orangtua sky yang disalurkan kepada sky. Inner child adalah Kumpulan kejadian yang dialami seseorang pada masa kecilnya (Dewi et al., 2023). Kumpulan kejadian yang dialami seseorang pada masa kecilnya ini mencakup serangkaian pengalaman emosional, pikiran, serta pola perilaku yang terbentuk seiring waktu, yang secara signifikan dipengaruhi oleh interaksi dengan lingkungan sekitar, baik keluarga, teman sebaya, maupun budaya tempat seseorang tumbuh. Proses ini terjadi sejak kita masih anak-anak, di mana otak kita masih dalam tahap perkembangan dan sangat rentan terhadap pengaruh eksternal. Semua pengalaman ini, baik yang positif maupun negatif, membentuk fondasi emosional dan psikologis kita yang akan mempengaruhi cara kita merespons situasi di masa dewasa, serta membentuk pola pikir dan perilaku yang terbawa hingga kita tumbuh besar.
Perawatan dan pengasuhan orangtua sangat penting bagi karakter dan perilaku anak. Pola asuh merujuk pada cara atau metode yang digunakan oleh orang tua, pengasuh, atau figur otoritas lainnya dalam mendidik, membimbing, dan merawat anak (Nuroh, 2022). Setiap orang tua memiliki pendekatan yang berbeda dalam mengasuh anak, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti nilai-nilai keluarga, latar belakang budaya, serta pengalaman hidup mereka. Pola asuh ini tidak hanya berkaitan dengan cara orang tua mengajarkan hal-hal penting kepada anak, tetapi juga tentang bagaimana mereka memberikan perhatian dan kasih sayang yang dibutuhkan untuk perkembangan anak yang sehat. Pola asuh yang baik menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial anak, serta memberikan mereka rasa aman dan dihargai.
Selain itu, pola asuh mencakup berbagai aspek penting lainnya, seperti cara berkomunikasi, mendisiplinkan, dan memberikan dukungan emosional kepada anak. Orang tua atau pengasuh yang menerapkan pola asuh yang positif biasanya berusaha untuk berkomunikasi dengan cara yang jelas dan terbuka, sambil tetap memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku yang diterima. Mereka juga mendisiplinkan anak dengan cara yang tidak bersifat menghukum secara fisik, melainkan lebih mengarah pada pengajaran dan pemahaman. Selain itu, dukungan emosional sangat diperlukan untuk membantu anak merasa percaya diri dan mampu mengatasi tantangan hidup. Dengan pendekatan yang tepat dalam setiap aspek pola asuh, anak akan tumbuh menjadi individu yang seimbang dan siap menghadapi dunia luar dengan penuh percaya diri. Dalam pola asuh orangtua terdapat beberapa factor yang mempengaruhunya yakni karena Tingkat sosial ekonomi yang dimiliki, Tingkat Pendidikan orangtua , orangtua yang memberikan perilaku anaknya dengan perilaku otorite dan jumlah anak yang berlebih(Aini Ahmad & Berty, 2024). Beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua atau individu untuk mengatasi inner child tersebut yakni mengingat dan berdoa kepada allah, mengakui dan memahami diri, menulis, membangun support system, berkonsultasi kespikolog atau psikiater, melakukan hal hal yang disenangi, melihat konten yang dapat membantu penyembuhan inner child (Salimah & Mursalin, 2023).
Pengaruh pola asuh kepada anak juga akan mempengaruhi mental yang dimiliki anak. Kesehatan mental adalah kondisi di mana seseorang dapat mengembangkan semua aspek kehidupannya, baik fisik, intelektual, maupun emosional, secara optimal dan seimbang dengan perkembangan orang lain, sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik (Hidayah & Fathul, 2019). Kesehatan mental itu artinya kondisi pikiran dan perasaan kita yang memengaruhi cara kita berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kesehatan mental kita terjaga dengan baik, kita bisa merasa lebih tenang, percaya diri, dan bisa menghadapi stres atau masalah hidup dengan lebih baik. Tapi, kalau kita lagi mengalami gangguan mental, misalnya merasa cemas berlebihan, depresi, atau kesulitan mengontrol emosi, itu bisa ngaruh banget ke keseharian kita, seperti dalam pekerjaan, hubungan dengan orang lain, bahkan kesehatan fisik kita.
Jadi, penting banget untuk menjaga kesehatan mental dengan cara yang positif, seperti ngobrol dengan orang yang kita percayai, beristirahat cukup, atau melakukan kegiatan yang kita suka. Kalau merasa berat atau susah, gak ada salahnya untuk minta bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk mendukung kita melalui masa sulit. Kesehatan mental itu sama pentingnya dengan kesehatan fisik, jadi jangan ragu untuk merawat dan menjaga keduanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H