Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Sup Kasparov

Diperbarui: 28 Oktober 2017   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.mldspot.com/hobby/2015/07/27/superhero-di-atas-papan-catur

SUP KASPAROV

Oleh. Rohmat Sholihin*

Keahlian caturmu itu kau dapatkan dari penjara. Ceritanya panjang. Dan kau belum genap berumur lima belas tahun saat itu. Ketika sebuah keputusan kau tentukan dengan pikiranmu yang belum matang. Menyudahi orang yang menuduhmu sebagai maling pisang. Ceritanya begini:

Pagi masih belum beranjak. Kaki kecilmu dengan kuat menarik sapi-sapi milik juraganmu, H. Abdul keluar kandang. Kau talikan sapi-sapi itu ditempat lapang dengan cekatan. Lalu masuk lagi mengambil cangkul, sapu dan ikrak. Kau dengan sabar membersihkan kandangnya. Kotoran-kotoran sapi itu kau tumpuk disamping kandang hingga menggunung. Bau kotoran dan air kencing sudah menjadi hal yang biasa pada lubang hidungmu, tak ada sedikitpun rasa  jijik dalam benakmu. Kau telah menikmati kerja menjadi tukang penggembala sapi milik H. Abdul semenjak kau berusia tujuh tahun. Terlalu kecil kau bekerja seperti itu. Dunia indah anak-anak yang penuh dengan bermain dan canda-tawa lenyap sudah. Tak pernah kau sedikitpun mengenyam dunia pendidikan seperti halnya anak-anak yang lain. Duniamu hanya sibuk dengan sapi-sapi, rumput, kotoran, ladang juga hutan. Bapakmu telah pergi beberapa tahun yang lalu karena disentri, ibumu menyusul setahun kematian bapakmu setelah pulang dari ladang karena kelelahan. Penderita hepatitis tak boleh terlalu lelah, namun siapa lagi yang akan menghidupimu? Jika tidak ibumu. Setelah kedua orang tuamu pergi tak ada lagi yang mengurus hidupmu. Kau ikut dan tinggal pada H. Abdul. Orang yang paling disegani di kampung Soko. Sapinya terbilang banyak dan tanahnya luas. Kau tumbuh dan kembang oleh naluri alam, belajar dengan pohon, belajar dengan angin, hujan, sawah, sapi bahkan sungai dan rerumputan. Tak tahu dunia aksara, kau menjadi anak yang buta huruf. Dan rasa kecewa pernah kau rasakan ketika teman-teman sebayamu sibuk dengan sekolah kau sibuk dengan sapi-sapi yang hanya bisa mengajari mengemeh itu.

Setelah kau bersihkan kandangnya hingga bersih. Lalu, dengan semangat membawa sapi-sapi itu menuju hutan. Dengan nyanyian hati yang suram kau berjalan menyusuri jalan-jalan setapak. Tak ada harapan dalam hatimu hanya sapi-sapi yang terlintas dalam otakmu meski tak ikut punya. Hanya sebagai tukang pangon[1]. Membaca tak kenal, apalagi menulis. Menghitung sedikit-sedikit bisa meski hanya menghitung nominal uang. Ia pun seperti biasa melewati ladang milik Kang Rojak yang terkenal sebagai jagoan di kampung Soko ini. Bertahun-tahun ia lewati tak pernah ada masalah, hanya pagi ini ketika ia sedang lewat ia melihat seekor burung betet bertengger di tandan pisang milik Kang Rojak. Ia berniat mengambil burung betet itu dengan tujuan akan ia jual. Lumayan uangnya bisa untuk minum kopi dan beli rokok diwarung Yu Minten dekat pohon-pohon bambu yang sejuk. Ia pun dengan cepat menghampiri burung betet itu. Dengan enteng ia meloncat. Namun burung betetnya kabur. Tak berhasil ia tangkap.

"Ah..sial." Katamu.

"Hei...Sup, mau apa kau? Kau mau ambil pisangku ya." Bentak Kang Rojak yang kebetulan ada diladangnya.

"Tidak, Kang, tadi ada burung betet bertengger disini ketika mau aku ambil, ia kabur." Jawab Sup.

"Alasan, kau kira aku buta. Oh berarti selama ini pisang-pisangku yang hilang itu kau yang ambil." Tuduh Kang Rojak.

"Ah, Kang, aku tak pernah mengambil pisangmu, Kang."

"Bohong, buktinya kau tertangkap basah oleh mataku yang masih sehat ini." Bentak Kang Rojak sambil menghampiri Sup. Lalu ditempeleng kepala bocah itu hingga terjungkal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline