Lihat ke Halaman Asli

Simbol Pengarcaan Beserta Asal-Usul Arca Ganesha

Diperbarui: 15 November 2023   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sahabat museum tentu sudah tidak asing lagi mendengar kata arca atau patung Ganesha. Di nusantara dan di seluruh dunia, penanda penting Ganesha terletak di bagian kepalanya yang berbentuk gajah. Selain itu, arca Ganesha yang berada di Nusantara hanya memiliki satu gading. Mengapa demikian? Sebelum masuk ke pembahasan mengenai alasan dan asal-usulnya, berikut penjelasan singkat mengenai ciri dan sejarah dari arca Ganesha.

Ganesha terbuat dari batu andesit yang menurut istilah para arkeolog, arca Ganesha disebut sebagai arca pasukan gajah. Arca ini merupakan peninggalan arkeologis dari masa klasik dan digunakan sebagai media pemujaan pada masa Hindu. Arca tersebut memiliki empat tangan, salah satu lengan kirinya memegang Parasu (kapak), lengan lainnya memegang Ekadanta (patahan gading), Aksamala (tasbih), dan Modaka (mangkuk berisi cairan manis), Pada bagian kepala terdapat semacam mahkota/tutup kepala dengan rambut yang dibelah dua. Selain itu pada bagian dada terdapat upavita (benang suci) berupa tali polos. Memiliki perut buncit serta posisi duduk bersila dengan telapak kaki saling beradu (utkutikasana) dan duduk diatas tapik berbentuk bulat dimana kedua tangan diletakan di atas kaki merupakan ciri dari arca Ganesha. Atribut yang digunakan oleh Arca Ganesha diantaranya upavita yang terletak di bahu kiri dengan posisi menyilang badan arca ke pinggang kanan, menggunakan hara atau kalung, menggunakan kelat bahu berbentuk bunga (keyura), terdapat kankana atau gelang tangan dan gelang kaki, serta arca ini mengenakan ikat pinggang yang dikenal dengan sebutan udarabandha.

Menurut Mithologi Hindu, Ganesha merupakan pemimpin pasukan Gana yang bertugas menjaga kahyangan Siwa. Ia juga merupakan buah hati dari Dewa Siwa dengan Dewi Parwati dan dijuluki sebagai Dewa Ilmu Pengetahuan, kebijaksanaan dan penghalang rintangan. Ganesha sebagai Dewa ilmu pengetahuan dapat dilihat dari makna modaka yakni mangkuk yang didalamnya terisi cairan yang melambangkan ilmu pengetahuan sebagai tugas dan laksana dari Ganesha, dimana simbol belalai dari arca tersebut masuk ke dalam modaka yang digenggam oleh Ganesha di tangan bagian depan yang menciptakan makna kebijaksanaan dari Ganesha. Julukan dewa penghalang rintangan didapat dari filosofi terkait tunggangan Ganesha yang merupakan tikus (musaka). Memiliki arti bahwa suatu keangkuhan diri dapat dikendalikan dan handal dalam melewati segala rintangan. Oleh sebab itu, arca Ganesha sering diletakkan di daerah yang rawan bahaya contohnya di tepi jurang, sungai yang berarus deras dan lokasi penyerangan sebagai penghalang rintangan dari segala bahaya dan bencana baik gangguan fisik maupun magis.

Menjawab pertanyaan mengenai kepala Ganesha yang berbentuk gajah, pembahasannya dijelaskan dalam kitab kuno dimana dalam kitab Siwapurana menceritakan tentang kemurkaan dewa Siwa karena dicegah untuk masuk ke dalam ruangan dewi Parwati oleh seorang anak yang menyebabkan para Gana (Pengiring dewa Siwa) menjadi tercerai-berai saat menyingkirkan anak tersebut. Karena amarah yang sudah tidak terbendung, akhirnya anak tersebut pun dipenggal dengan sebuah Trisula. Istri dari dewa Siwa, yakni dewi Parwati murka dan menuntut untuk menghidupkan kembali anaknya meski ia mengetahui bahwa malapetaka tersebut terjadi karena sebuah miskomunikasi. dewa Siwa mengutus para Gana ke Utara untuk memenggal hewan apa saja yang pertama mereka lihat di sana. Hingga kepala gajah pun dipenggal sebagai pengganti kepala anak dewi Parwati.

Dewa Siwa dan Parwati sangat menyayangi Ganesha, ia diberi nama Ganapati karena di daulat untuk memimpin para Gana. Perlu diingat, bahwa kitab Siwapurana ini hanyalah salah satu dari banyak versi mengenai asal-usul Ganesha. Dilansir dari Asisi Channel, dalam Kitab Lingga Purana, Ganesha diciptakan oleh dewa Siwa untuk membantu para dewa menghadapi serangan Asura dan raksasa. Sedangkan menurut kitab Matsya Purana dan Skanda Purana, para dewa meminta Parwati untuk menciptakan Ganesha, dimana sejak awal Ganesha terlahir dengan kepala gajah dan bertangan empat.

Di Nusantara, asal-usul Ganesha menurut kitab Jawa Kuno diceritakan dalam Kakawin Smaradahana yang ditulis Mpu Dharmaja pada abad 12 menceritakan tentang Raja Nilarudraka, raksasa sakti asal Senapura yang hendak menghancurkan Kahyangan. Para dewa menghadap dewa Siwa dengan membawa tunggangan masing-masing. dewi Uma/ Parwati, permaisuri dewa Siwa yang sedang hamil ketakutan saat melihat gajah tunggangan dewa Indra, yakni Airawata. Akibatnya, saat melahirkan anaknya pun berkepala gajah. dewa Siwa mengumumkan bahwa putranya, Ganesha akan disebut sebagai Sang Hyang Gana yang memiliki kekuatan menyingkirkan rintangan (Wigna) dan menghancurkan musuh para dewa. Gana dimantrai menjadi sosok besar dan dipegangi senjata sakti para dewa. Ia menjadi panglima para dewa, memerangi Nilarudraka.

Raja raksasa Nilarudraka berhasil mematahkan satu gading Gana menggunakan senjata bajra. Gana yang murka akhirnya menghabisi Nilarudraka menggunakan kapak miliknya, hingga pada akirnya, Kahyangan pun berhasil selamat. Oleh sebab itu, arca Ganesha dalam candi-candi yang berada di Nusantara khususnya Jawa hanya memiliki satu gading. Fakta menarik mengenai arca Ganesha yang ada di nusantara, yakni arca-arca Ganesha selalu digambarkan dalam sikap duduk utkutikasana namun pengarcaan Ganesha juga banyak yang digambarkan dalam posisi berdiri atau stanaka. Misalnya, arca Ganesha Karangkates di Kabupaten Malang dan arca Ganesha di Candi Sukuh.

Sebagai putra dari dewa Siwa, Ganesha turut mengisi relung di badan candi Siwa. Biasanya letak penempatan arca Ganesha berada di relung belakang candi yang memunggungi pintu utama. Namun terdapat pula arca Ganesha yang dibuat tanpa candi. Tak heran, banyak sekali candi beraliran Siwa terdapat arca Ganesha didalamnya. Di wilayah nusantara, tentunya kita perlu melestarikan cagar budaya arca Ganesha demi meningkatkan pelestarian identitas budaya serta keseimbangan lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline