Mengasuh anak dengan disabilitas merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi keluarga yang merasakannya, terutama bagi keluarga kalangan menengah kebawah. Banyaknya penyandang disabilitas di Surakarta yang mencapai angka 2047 jiwa (Dispendukcapil, 2022) ditambah dengan keterbatasan ekonomi, pengetahuan, dan keterampilan dalam mengasuh anak disabilitas, tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap kondisi sang anak. Hal tersebut menunjukan bahwa dibutuhkan ketahanan dalam menghadapi masalah yang ada atau resiliensi yang cukup tinggi pada orangtua untuk dapat mengasuh anak dengan disabilitas. Padahal pada kenyataannya, selama ini program pendampingan yang tersedia hanya disediakan untuk mendampingi sang anak, belum ada program tertentu yang dirancang untuk mendampingi orangtua anak yang berperan penting dalam tumbuh kembang sang anak.
Kondisi tersebut menjadi suatu keresahan yang melatarbelakangi tim riset Universitas Sebelas Maret dalam mengkaji suatu program yang dapat diberikan pada keluarga miskin dengan anak disabilitas untuk dapat meningkatkan dan menguatkan resiliensi yang ada.
Riset yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) dan bekerjasama dengan UPTD Pusat Layanan Disabilitas dan Pedidikan Inklusif Kota Surakarta ini beranggotakan 5 orang mahasiswa UNS mencakup Aura, Hani, dan Qonita selaku mahasiswa S1 Psikologi, Royyan selaku mahasiswa S1 Kedokteran, dan Najib selaku mahasiswa D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja, di bawah bimbingan Ibu Zahrina Mardhiyah, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
Riset dengan tujuan meningkatkan resiliensi keluarga miskin dengan anak disabilitas ini menggunakan support program sebagai solusi yang ditawarkan. Tim kami mengkaji dan mengembangkan support program yang terdiri dari support program 1-5, di mana masing-masing program tersebut terdiri dari psikoedukasi yang berfokus pada peningkatan pengetahuan individu (sumber daya) mengenai stressor yang sedang dihadapi dan sesi social support yang berfokus pada perubahan sistem keluarga.
Kegiatan kami dilaksanakan selama 1 bulan, mulai tanggal 4-26 September 2023. Sesi I terdiri dari psikoedukasi 1 mengenai disabilitas secara umum dan social support 1 dalam bentuk cek kesehatan fisik, wawancara, dan konseling. Sesi II dengan psikoedukasi 2 mengenai "Welas Asih" dan "Fight or Flight", serta social support 2 dalam bentuk berbagi cerita dan keluh kesah antar sesama partisipan.
Sesi III terdiri dari psikoedukasi dan social support 3 mengenai ketahanan atau hardiness yang dilanjut dengan peserta menulis kata-kata penyemangat dan saling bertukar kertas untuk dibacakan. Sesi IV dengan psikoedukasi dan social support 4 mengenai strategi mengatasi masalah melalui teknik butterfly hug dan mempraktikkan teknik tersebut. Terakhir, sesi V dimana kami menjelaskan review materi yang mencakup psikis dan fisik terkait resiliensi keluarga yang sudah diberikan kepada peserta menggunakan media leaflet, serta dengan melakukan cek kesehatan fisik sebagai penutup dari kegiatan kami.
Dengan berakhirnya program dengan hasil bahwa program ini efektif dalam meningkatkan resiliensi keluarga miskin dengan anak disabilitas, dengan beberapa kesan pesan dari para partisipan yang menyatakan bahwa dirinya dan keluarga merasa terbantu dengan program yang kami laksanakan. Harapannya program ini dapat dikembangkan dan menjadi pertimbangan untuk mengembangkan suatu program di masyarakat khususnya untuk keluarga miskin dengan anak disabilitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H