Sosial media tidak akan pernah kehabisan bahan untuk menyajikan drama dari tangan-tangan para 'chef' andal. Tak cukup masalah politik, agama dan kehiudpan selebriti, kali ini topik mengenai hal yang akrab dengan masyarakat pun digoreng sampai kering. Topik apa itu? Apalagi kalau bukan masalah pernikahan.
Pernikahan adalah hal sakral yang membuat dua insan antara laki-laki dan perempuan terikat dalam sebuah janji suci dan diharapkan dapat meciptakan keluarga yang harmonis namun, tak bisa dipungkiri bahwa tak sedikit manusia yang kurang beruntung dalam menjalani kehidupan setelah menikah. Faktor ekonomi, kekerasan, perselingkuhan dan miskomunikasi kerap menjadi tema utama dalam cerita keluh kesah berumahtangga. Di satu sisi, cerita seperti itu berguna untuk mengingatkan muda-mudi agar tidak buru-buru menikah dan memilih pasangan yang tepat, di sisi lain, kewaspadaan ini justru menimbulkan ketakutan-ketakutan yang berujung menjadi hal yang sensitif untuk beberapa orang.
Sejak beberapa hari lalu, timeline berbagai media sosial mulai dari Tik-tok, Facebook hingga X diperkeruh oleh pembahasan "Marriage is Scary". Konten yang memuat "Marriage is Scary" pada awalnya dibuat untuk menyatakan ketakutan perempuan atas pernikahan jika mendapatkan pasangan yang tidak tepat. Seiring berjalannya waktu, hal ini menjadi sebuah tren dan masing-masing individu turut menuangkan apa ketakutan dalam pernikahan.
Eh namanya juga beda orang beda pandangan, ditambah lagi media sosial memang tempatnya huru-hara, jadilah keributan. Ada yang sensitif lalu salah paham, ada yang tidak terima, ada yang membalas, ada yang membalas lagi. Akhirnya perdebatan antar gender pun tak terelakkan. Para sepuh yang suah menikah sampai harus turun gunung memberi nasihat pada para jomblo dan jomblowati agar tidak terlalu terpaku pada keributan yang terjadi di dunia maya, baik laki-laki maupun perempuan harus bekerja sama untuk membangun rumah tangga yang baik. Meski begitu, keributan ini tak lantas menghilang karena memang dasarnya tercipta dari sentimen dibalas sentimen yang dikemas dalam bentuk sarkasme alias adu emosi.
Karena hal ini, saya dan banyak orang jadi kepikiran, bagaimana jika para pemuda semakin hari benar-benar jadi enggan untuk menikah? Mengingat tempo hari juga sudah tersebar kabar mengenai penurunan angka pernikahan dan kelahiran di Indonesia. Tak lupa, agenda Childfree pun disebutkan dalam penyebab penurunan kelahiran tersebut.
Mungkin kami hanya berpikir terlalu jauh dan ikut terbawa sentimen tapi,bukankah tidak menutup kemungkinan juga jika konten "Marriage is Scary" bisa mendorong orang-orang untuk betah menjomblo? Seperti api yang membakar kayu, hanya perlu mencipratinya sedikit bensin untuk menciptakan api yang lebih besar. Ketakutan pada pernikahan pun sudah ada dari dulu, dengan ditambahnya pemicu-pemicu kecil seperti ini ketakutan pun akan bertambah menjadi lebih besar lagi.
Bagaimana menurut kalian?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H