Dalam kehidupan manusia sehari hari, pasti tidak terlepas dari interaksi sosial. Berinteraksi sosial sudah menjadi kewajiban setiap individu agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Hal itu sudah menjadi kebiasaan umum, terutama terjadi pada diri saya sendiri. Sebagai makhluk sosial, saya juga memiliki teman untuk diajak berinteraksi. Dua orang sahabat saya panggil saja mereka Icha dan Justina, kami adalah sekawan sewaktu saya duduk dibangku SMA.
Banyak hal yang saya dapatkan dari mereka, mereka adalah sesosok teman yang bisa di andalkan ketika teman yang lain membutuhkan bantuan, mereka juga selalu bisa untuk membantu memecahkan sebuah masalah walaupun tidak jarang sering terjadi perbedaan pendapat. selain itu, tanpa kita sadari kita hidup di lingkungan kehidupan multibudaya indonesia.
Hal itu tercermin pada lingkungan tempat saya bersekolah. Salah satu contoh adalah ketika saya berada di ruang kelas, ada saja teman saya yang berbincang dengan satu sukunya menggunakan bahasa daerah, tidak jarang ketika sedang bercanda, teman saya yang berbeda suku saling adu argumen menggunakan bahasa daerah masing masing.
Penggunaan bahasa daerah di lingkungan sekolah bukanlah suatu masalah, justru hal itu akan membuat kita lebih tau dan mengenal suku budaya Indonesia yang beragam. Tidak hanya budaya internasional saja yang penting untuk dipelajari, tetapi ragam aktivitas dan suku bangsa indonesia juga sangat penting untuk di pelajari dan dipahami. Saling menghargai perbedaan suku dan budaya juga harus kita tanamkan dalam diri. Cara kita berinteraksi kepada teman yang berbeda suku bangsa adalah dengan tidak membeda bedakan antara satu dengan yang lain artinya, memperlakukan semua teman yang berbeda suku bangsa dengan sama rata dan adil.
Selain itu, saya sangat tertarik belajar Bahasa Inggris menggunakan materi berbasis multibudaya Indonesia, karena kita akan mendapatkan dua ilmu sekaligus, yaitu selain kita bisa mempelajari Bahasa Inggris, kita juga dapat lebih memahami multibudaya Indonesia. Dalam hal belajar,ketika ada siswa yang bersengketa/berbeda pendapat, gurulah yang berperan penting dalam menyelesaikan perbedaan pendapat tersebut dengan cara menjadi penengah atau netral/tidak berada di pihak satu atau yang lain.
Seorang guru harus bisa mengemukakan pendapat atau argumen yang dapat mencakup dan mewakili pendapat siswa yang berbeda pendapat, tentu saja harus sesuai dengan fakta (kebenaran). Kemudian, faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapat adalah di karenakan setiap orang memiliki pemikiran dan sudut pandang yang berbeda, serta pemahaman tentang sebuah masalah yang berbeda satu sama lain.
Sebagai penerus anak bangsa, kita sudah sepatutnya selalu menjaga persaudaraan dan persatuan dalam kehidupan multibudaya Indonesia dengan cara bersikap toleransi, saling menghormati dan menghargai satu sama lain, menerima perbedaan pendapat, serta menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H