Tebu (Bahasa latin: Saccharum officinarum Liin.)sebenarnya adalah nama sebuah tumbuhan dengan kandungan zat manis tinggi. Namun tanaman tebu bukanlah tumbuhan yang paling manis. Masih banyak tumbuhan-tumbuhan lain yang lebih manis. Seperti daun Stevia rebaudiana Bertoni, mengandung zat pemanis nonkalori 70 – 400 kali lebih manis dari manisnya gula tebu. Hanya saja tingkat produktifitas tebu jauh lebih tinggi disbanding daun stevia.
Sebenarnya tanaman tebu sudah dikenal di Indonesia sejak jaman lampau, bahkan sebelum jaman penjajahan. Meskipun masyarakat Indonesia jaman dahulu mengenal tebu hanya sebatas karena rasa manisnya. Belum ketingkat bagaimana pemanfaatannya secara obtimal. Penjajah Asing lah yang “berjasa” mengenalkan Tebu sebagai bahan dasar pembuatan gula. Sehingga sampai sekarang menjadi salah satu tanaman penting di negri ini.
Ada banyak jenis tebu yang tumbuh di Indonesia. Ada tebu kasur, tebu ijo, juga tebu yang sering diproduksi secara besar-basaran seperti tebu POJ 100, tebu POJ 2364, EK 28, POJ 2878. Ada juga tebu yang sangat familiar ditelinga orang Indonesia tapi tak banyak diketahui seperti apa wujudnya. Yaitu Tebu Cirebon yang lebih dikenal dengan tebu hitam (tebuireng). Orang Jawa Timur mengenalnya dengan sebutan “Tebu manggis” karena memang warna batangnya mirip warna kulit manggis, hitam kemerah-merahan.
Ada yang istimewa dengan tebu yang terbilang langka ini. Entah, jasa apa yang sudah disumbangkan tanaman ini untuk manusia? Kenyataannya memang selain tanaman ini berhasiat obat juga nama tanaman ini begitu dikenal dan sangat disegani. Terutama oleh siapapun yang pernah “singgah” di pesantren.
Ya, nama tebuireng diabadikan menjadi nama sebuah pesantren di kota Jombang Jawa Timur. Pesantren ini cukup masyhur baik diwilayah nasional maupun internasional. Pesantren ini konon telah memberikan sumbangsih besar terhadap sejarah negri Indonesia. Pesantren ini juga yang disebut-sebut sebagai salah satu pesantren paling berwibawa. Karena didirikan oleh seorang ulama’ besar negri ini, Hadratus Syaikh Hasyim Asy Ari pendiri Ormas Islam terbesar di Indonesia, NU.
Tanaman Tebu dan Pesantren Tebuireng
Dalam sejarah pendirian pesantren Tebuireng diceritakan bahwa sebenarnya Tebuireng adalah nama sebuah dusun, Dusun Tebuireng. Konon sebelum di dusun ini didirikan sebuah pesantren, dusun ini bernama Kebo Ireng. Dusun ini dinamakan kebo Ireng (Kerbau hitam) karena disitu tempat penuh maksiat, lokalisasi, tempat prostitusi, tempat judi, mabuk dan lain-lain. Orang seperti itu diibaratkan seperti binatang Kerbau.
Setelah Hadratus Syaikh Hasyim Asy Ary berdakwah dan mendirikan pesantren di dusun ini tahun 1899M sedikit demi sedikit masyarakat dusun ini mulai membaik ahlaknya. Sejak saat itulah dusun ini diberi nama dusun Tebuireng. Disebut demikian tidak lain karena Keboireng dan Tebuireng mempunyai kemiripan verbalistik atau kemiripan cara melafalkan kata. Artinya, bukan karena nama Tebuireng mempunyai nilai filosofis tersendiri.
Saya meyakini demikian, pertama karena tanaman tebu manggis atau tebuireng sejak dulu adalah tanaman yang tergolong langka. Jarang dibudidayakan secara besar-besaran karena tanaman tebu ireng mempunyai tekstur lebih keras dan kadar air rendah. Sehingga jarang ada orang yang sengaja menanam tebu jenis ini selain hanya untuk persediaan obat jika memang diperlukan atau sekedar untuk tanaman hias. Terlebih di lingkungan orang-orang yang tak mengenal seni atau kesehatan dan kumuh seperti dusun Keboireng dahulu.
Yang kedua, meskipun dusun Keboireng berdampingan dengan Pabrik Gula Tjoekir, kecil kemungkinan diambil nama Tebuireng karena berdekatan dengan pabrik gula. Memang benar pabrik itu membudidayakan tebu sebagai bahan produksi gula. Tapi yang dibudidayakan pabrik itu bukanlah tebumanggis atau tebuireng melainkan tebu ijo, tebu BR dan tebu-tebu penghasil gula dengan kadar air tinggi.
Yeng terahir ini jarang disadari kebanyakan orang hususnya warga pesantren Tebuireng sendiri, dan ini fakta. Sejak awal berdiri hingga sekitar tahun 2006 (sekitar 107 tahun ) di Pesantren Tebuireng belum pernah ada tanaman tebu ireng. Bahkan sebelum Hadratus Syaikh Hasyim Asy Ary mendirikan pesantren di dusun Keboireng. Sehingga tidak heran jika kebanyakan santri tidak tahu tanaman tebuireng. Alhamdulillah santri Tebuireng gak suka tebu, bisa-bisa bangkrut pabrik gula tjoeker.