Lihat ke Halaman Asli

Paru-Paru Tanpa Oksigen

Diperbarui: 5 Oktober 2024   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku terdiam ba' lukisan di dinding pualam
Menatap wajah bumi yang penuh sulam
Menatap lurus kearah masa depan yang tandus
Menatap ragu pada raga yang menjanjikan tulus

Di sini, di atas tanah yang kau sebut rumah
Di atas tanah yang kau gadaikan kesuburannya
Di atas tanah yang kau pupuk dengan beton dan semen setinggi-tingginya
Aku berduka sebagai pohon yang telah kau tebang sebelum menua

Kau, aku, dan seluruh komponen alam,
Kita merupakan rantai alam yang saling mengisi
Perilakumu dapat berpengaruh pada kehidupanku
Dan keberadaanku, dapat menjadi penentu kelangsungan hidupmu

Rawatlah aku dengan segenap-genapnya tulus
Siramilah aku dengan kasih sayang dan komitmenmu kepada bumi
Lestarikanlah aku dengan segenap-genapnya hati
Jadikan aku sebagai lingkungan hidup yang bersih dan nyaman bagimu

Menjagaku berarti menjaga keluargamu
Melestarikanku berarti melestarikan lingkungan hidup bagi anak cucumu
Menggadaikan kehidupanku berarti menggadaikan masa depan bumimu
Karena manusia tanpa pohon, bagai paru-paru tanpa oksigen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline