Lihat ke Halaman Asli

M Aulia Rahman

TERVERIFIKASI

Freelancer

Warung Kopi Klotok, Tempat Makan Sederhana yang Disesaki Kaum Borjuis

Diperbarui: 25 Juli 2018   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Pagi hari, sekiranya pukul 7 saya sudah bersiap untuk pergi sarapan bersama kerabat. Perlu diakui, ini mungkin sarapan yang paling niat untuk saya, karena kami harus menempuh jarak 18 km jauhnya hanya untuk sepiring nasi sayur dan segelas teh hangat.

Malam sebelumnya, dia memang menyarankan saya yang mencoba ke warung yang terkenal, enak dan tentunya dengan suasana tenang nan memorable untuk sarapan. Lokasinya di tengah sawah daerah Pakem, Kaliurang dengan bangunan yang sungguh sederhana.

Maklum, sebagai pekerja Jakarta untuk sarapan pun kadang harus terburu-buru dan cukup dengan sepotong roti. Maka bagi saya tidak ada salahnya untuk mencobanya, sekadar merasakan segenggam ketenangan di pagi hari sembari menatap gunung Merapi.

Pemandangan Gunung Merapi dari Warung Kopi Klotok. Kebetulan pada pagi itu Merapi tengah erupsi | Dokumentasi pribadi

Baca juga: [Potret] Merapi Erupsi, Ini Kondisi Kota Yogyakarta saat Dihujani Debu Vulkanik

Dengan motor kami menerjang angin dingin sepanjang jalan Kaliurang. Sebegitu niatnya pikir saya, mengingat waktu kuliah di Jogja main ke jalan Kaliurang merupakan hal yang "kalau gak penting mending gak usah jauh-jauh ke sana", iya males banget pokoknya, ehe.

Warung makan yang kami kunjungi sebenarnya hanya menawarkan menu sederhana, di samping Kopi Klotok yang menjadi menu utama, disediakan juga beberapa varian sayur lodeh, telur dadar, terong, ikan pindang goreng, dan sego megono. Sedangkan cemilan paling sering diincar adalah pisang goreng yang cocok ditemani dengan segelas kopi.

Begitu sampai, saya merasa takjub dengan penuhnya mobil-mobil yang terparkir. Banyak sekali jumlahnya, pengunjung yang menggunakan motor pun bahkan tidak seberapa. Membuat kami dengan mudahnya meletakkan kendaraan dibanding dengan pengunjung mobil yang harus antri terlebih dahulu.

Meski kondisi parkiran ala kadarnya beralaskan tanah, nyatanya pengunjung warung ini adalah kaum berada | Dokumentasi pribadi

Berbeda dengan tempat makan lainnya, di warung ini kita masuk dari belakang rumah, begitu masuk kita langsung bertemu dengan ruangan dapur. Di sini kita bisa melihat langsung pegawai yang sedang memasak sehingga kita bisa langsung dilayani.

First Impression ketika melihat warung Kopi Klotok | Dokumentasi pribadi

Pintu masuk | Dokumentasi pribadi

[Suasana dapur Kopi Klotok | Dokumentasi pribadi]

Bagaimana dengan cara memesan? Kita mengambil semua makanan sendiri, kalau mau tambah telur dadar, ada tempat antrian khusus. Jangan sungkan dicoba, karena rasanya enak sekali. Porsi nasi dan sayur bebas sebanyak kita mau, sementara lauk dihitung perbiji.

Menu-menu yang tersedia | Dokumentasi pribadi

Tapi untuk mendapatkan ini semua kita harus siap antri. Semenjak dibuka pun sudah disesaki oleh pengunjung. Untuk itu disarankan, jangan bingung saat memilih menu dan ambillah porsi sesuai yang kita inginkan. Karena kalau ingin nambah, kita akan antri kembali, Sementara pengunjung akan terus berdatangan.

Kopi Klotok, seperti apa rasanya? Duh kalau ini saya perlu minta maaf karena tidak suka kopi, ehe. Jadi di sana saya hanya pesan sego megono dan teh manis. Namun perbedaannya, dari cara penyajian kopinya dimasak hingga mendidih dan bubuk kopinya dimasak tanpa air sampai lengket di panci. Sehingga saat disajikan aromanya begitu kuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline