Gareth Southgate telah merasakan menjadi pemain dan pelatih Timnas Inggris. Selama itu pula ia digentayangi hantu berusia seperempat abad.
Entah ada apa antara Gareth Southgate dan adu penalti. Pelatih Timnas Inggris itu benar-benar menjadi sorotan atas kegagalan tim besutannya dalam babak adu penalti kala melakoni pertandingan final Euro 2020. Bersama Southgate, Inggris tampil buruk dalam adu penalti di mana tiga dari lima penendang gagal melaksanakan tugasnya.
Southgate dan Inggris harus membayar kacaunya adu penalti tersebut dengan demikian mahal: The Three Lions harus merelakan gelar juara dibawa pulang oleh Italia.
Gara-gara kegagalan tersebut, slogan "Football Is Coming Home" yang kerap digaungkan suporter Inggris kembali gagal terwujud. Apalagi, bukan kali ini saja Inggris terpeleset di tangga terakhir menuju gelar juara gara-gara adu penalti. Lebih apesnya lagi bagi Southgate, dulu ia juga menjadi aktor penting di balik kegagalan tersebut, tepatnya di ajang Euro 1996.
Selama seperempat abad, adu penalti seakan menjadi hantu yang menggentayangi Southgate di Timnas Inggris.
Dari 1996 ke 2021
Waktu itu tahun 1996, Southgate masih menjadi pemain dan di usianya yang menginjak pertengahan 20-an, kariernya bisa dibilang apik. Ia menjadi andalan di Aston Villa sekaligus Timnas Inggris. Tak heran jika pelatih Inggris, Terry Venables, memasukannya ke dalam daftar pemain untuk melakoni Euro 1996 yang digelar di negeri mereka sendiri.
Southgate tampil cukup meyakinkan sejak awal dimulainya turnamen. Di penyisihan grup, posisinya di lini belakang Inggris tidak tergantikan dengan selalu bermain selama 90 menit penuh bersama Gary Neville, Tony Adams, dan Stuart Pearce. Hasilnya, Inggris lolos ke fase gugur sebagai juara grup.
Di perempat final, Inggris bertemu Spanyol dan sukses meraih kemenangan sekaligus merebut tiket ke semifinal melalui adu penalti setelah bermain imbang tanpa gol di waktu normal dan perpanjangan waktu. Seperti sebelumnya, Southgate tampil penuh, namun ia tidak perlu ikut menjadi penendang penalti hingga akhirnya timnya menang.
Inggris cukup membutuhkan empat penendang untuk menang. Para penendang tersebut yakni Alan Shearer, David Platt, Stuart Pearce, dan Paul Gascoigne, sukses menuntaskan tugasnya dengan baik sementara dua penendang Spanyol, Fernando Hierro dan Miguel Nadal, gagal.