Lihat ke Halaman Asli

Aulli R Atmam

Kompasianer

Fenomena Stadion Zaman Now: Lokasinya Terpencil dan Sulit Dijangkau

Diperbarui: 11 November 2020   13:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Selain soal kapasitas besar yang mubazir dan bangunan yang terbengkalai, stadion-stadion di Indonesia juga punya masalah lain: lokasinya sulit dijangkau.

Membaca artikel berjudul Membangun Stadion Berkapasitas Raksasa di Indonesia Sungguh Terasa Sia-sia yang tayang di Terminal Mojok pada Selasa, 20 Oktober 2020 sungguh menarik. Ariq Fajar Hidayat selaku penulis menyoroti tentang pembangunan stadion di Indonesia yang sering mubazir. Sudah tribun yang berkapasitas besar jarang terisi penuh, bangunannya ada pula yang terbengkalai.

Artikel tersebut mewakili kegundahan publik sepak bola Indonesia akan kondisi stadion yang ada di negeri ini. Pembangunan stadion yang berujung mubazir selama ini sudah sering menjadi topik obrolan (lebih tepatnya keluhan) para penggemar sepak bola Tanah Air. Wajar dong, kebanyakan stadion di Indonesia kan dibangun oleh pemerintah  dengan biaya dari anggaran negara atau daerah yang berarti duitnya para penggemar sepak bola juga.

Jika Saudara Ariq menyoroti besarnya kapasitas yang tak sesuai dengan rata-rata jumlah penonton yang hadir dalam pertandingan serta kerap terbengkalainya bangunan stadion, izinkan saya mengungkit satu hal ngawur lain, yaitu lokasi stadion yang sulit diakses. Ini adalah masalah yang kerap ditemui pada stadion yang utamanya belum lama dibangun.

Banyak stadion di Indonesia yang dibangun di lokasi yang sulit diakses. Stadion semacam ini biasanya baru dibangun pada era 2000-an. Letaknya agak terpencil, jauh dari pusat kota, dan minim fasilitas transportasi umum. Penonton yang ingin menghadiri pertandingan pun harus mengeluarkan waktu, biaya, dan tenaga ekstra untuk sekadar sampai di stadion. Niat mau bersenang-senang menonton laga tim kesayangan, jangan-jangan jadinya malah kecapekan duluan. 

Keluhan mengenai lokasi stadion Indonesia yang paling menggelitik agaknya adalah yang pernah disampaikan oleh Antony Sutton, warga negara Inggris yang tinggal di Indonesia dan banyak mengamati seluk-beluk sepak bola lokal. Dalam bukunya yang berjudul Sepakbola: The Indonesian Way of Life, Sutton bercerita dengan nada kesal tentang pengalamannya mendatangi stadion yang begitu sulit dicapai.

Setelah menyambangi Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, atau Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, misalnya Sutton menulis: "Saya pernah ke Bung Tomo menyaksikan Persebaya di sana, penontonnya sedikit, hanya sekitar 1200 orang dan sungguhlah keparat untuk bisa sampai di sana. Sama saja seperti Si Jalak Harupat. Stadion-stadion ini besar, bagus, menyenangkan, namun dikelilingi oleh sawah, jalan sempit, dan akses kendaraan yang begitu mustahil. Anda adalah seorang penggila bola sejati jika datang ke situ dan berkeras ingin menonton sepak bola."

Mengapa kita bisa-bisanya membangun stadion di lokasi yang aksesnya begitu terbatas? Rasanya hampir semua penggemar sepak bola Indonesia tahu jawabannya. Apalagi kalau bukan untuk mengirit biaya lantaran harga tanah yang aksesnya kurang baik tentunya lebih murah ketimbang yang aksesnya bagus, apalagi kalau lokasinya dekat dari pusat kota. Akhirnya, upaya efisiensi dana ini malah menimbulkan masalah.

Padahal, kemudahan akses adalah hal yang sangat penting bagi stadion. Membangun stadion di pinggiran kota sebenarnya bukan masalah, asalkan tetap mudah dijangkau. Stadion-stadion milik klub top Eropa pun banyak yang seperti ini, namun tentunya di sana tersedia transportasi umum yang memadai sehingga pergi ke stadion di pinggir kota bukan hal yang menyulitkan.

Selain yang bisa dibilang kurang oke, sebetulnya tak sedikit juga stadion Indonesia yang lokasinya strategis dan aksesnya bagus. Misalnya Stadion Gelora Bung Karno, Stadion Patriot Chandrabhaga, atau Stadion Mandala Krida dengan lokasinya di tengah kota, atau Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang yang terletak di pinggiran kota namun bisa dicapai menggunakan light rapid transit (LRT).

Bagusnya lagi, beberapa stadion sudah memulai upaya untuk membenahi aksesnya lewat pemerintah daerah setempat. Stadion Gelora Bung Tomo misalnya. Stadion di tengah area tambak ini telah bersolek dalam rangka menyambut gelaran Piala Dunia U-20 2021 di mana salah satu perbaikannya adalah dibuatnya akses menuju jalan tol yang memungkinkan stadion menjadi lebih mudah dijangkau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline