Lihat ke Halaman Asli

Auliya Ihza H

Freelancer

Main UNO Lebih Baik daripada Main Gadget, Kok Bisa?

Diperbarui: 4 April 2017   16:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dewasa ini, permainan elektronik nan canggih sangatlah menjamur. Namun ditengah merebaknya permainan elektronik tersebut, permainan kartu tetap dilirik sebagai permainan  yang mampu mengusir penat dan mengasah otak.  Alat bermain yang terbuat dari kertas tebal atau kertas semi-plastik ini masih cukup menarik tidak hanya kalangan anak SMP atau SMA,  melainkan juga di jenjang mahasiswa.

Saat  itu,   jam  kuliah  kosong  dan  ada  salah  satu  dari  teman  karib  saya  yang membawa  kartu  UNO. Saya diajak  bermain,   namun  karena  saya  merasa  awam  dengan  permainan  ini  saya  pun  menggeleng  dengan  dalih  perut  sudah  sangat  keroncongan.  Hehe. Saya  keluar  sebentar  ke  kantin  dan  membeli  beberapa  panganan.   Ketika  kembali  ke  kelas,   sudah  ada  sekelompok  teman  saya  yang  duduk  bersila  melingkar  sambil  memegang  kartu  bagiannya  masing-masing.  Saya  hanya  duduk  mengamati  mereka.   Kelihatannya  seru  sekali.   Lalu  saya  nyeletuk ,”Awas  ada  dosen  nanti  dikira  judi”.   Sontak  saja  teman-teman  saya  itu  tergelak  mendengar  pernyataan  polos  orang  ndeso  seperti saya. “Tidak  mungkin”,   begitu  kata  mereka  kompak.

Lalu sesuatu melintas di benak  saya.Ternyata  permainan  kartu bukan  hanya  remi  atau  pokeran  yang  biasa  saya  mainkan waktu kecil di kampung saya dulu. Saya kemudian menjelajah ‘Mbah Google’ yang katanya serba ada itu. Menurut sepemahaman saya dari hasil penjelajahan itu,ada banyak jenis permainan kartu populer yang muncul di Indonesia,  misalkan kartu bridge dan kartu UNO.  Kartu bridge biasa dikatakan sebagai kartu remi di kalangan masyarakat pada umumnya.  Kartu remi sering digunakan untuk main remi itu sendiri,  truff, pokeran ,  permainan sulap,  atau mengasah kesabaran dengan membuat miniatur rumah dari kartu ini.  Kartu remi berjumlah 52 lembar,  dengan dibagi menjadi dua warna hitam dan merah serta empat jenis gambar.  Ada daun,  keriting,  wajik, dan hati.  

Ialah kartu UNO yang dimainkan oleh teman-teman saya.  Kartu yang memiliki arti “satu”  tersebut adalah permainan kartu yang sudah ada sejak 1971, diciptakan oleh Merle Robbins . Di tahun 80-an,  permainan UNO masuk ke Indonesia dan cukup mendapat banyak peminat.  Akan tetapi,  kartu remi di Indonesia seperti mendapat stigma negatif oleh masyarakat Indonesia dikarenakan kartu remi ini digunakan untuk berjudi.  Anak-anak seolah dilarang untuk memainkan kartu brigde ini.  Padahal jika digunakan tanpa unsur perjudian pun permainan kartu ini memiliki sisi positifnya,seperti

  • Mampu menjalin keakraban dengan teman sebayanya. Begitupun jika dimainkan bersama keluarga, kedekatan atau keakraban antara anak dan keluarga pun menjadi lebih erat.
  • Mengasah kemampuan atau skill kognitif. Sedikit banyak,  permainan kartu bersifat kompetitif sehingga membutuhkan daya berfikir lebih untuk menetukan strategi permainan agar bisa memenangkan game.
  • Bermain UNO selain untuk hiburan juga bisa melatih otak kanan dan otak kiri,juga konsentrasi dan daya ingat.
  • Memang, UNO adalah permainan kartu yang membutuhkan taktik dan lebih rumit dari sekedar permainan kartu bridge. Pun dalam permainan kartu semacam UNO ini ternyata yang jika ditelisik lebih jauh ada relevansinya atau memiliki filiosofis untuk kehidupan manusia.

Lalu,  fakta hebat mengenai UNO ini adalah bisa diaplikasikan sebagai parenting anak dikeluarga. Seperti beberapa poin manfaat diatas,  jika diterapkan dalam sistem parenting maka bisa dengan memberi beberapa nasehat tidak langsung yang bisa diberikan di tengah-tengah permainan seperti jika kalah jangan menangis. Tapi segera ayo berusaha lagi, ubah strategi dan waspada. Jika menang, jangan sombong, karena kondisi bisa saja berbalik dengan cepat.

Nah, dari semuanya itu, mengajarkan kita bahwa sebuah kegembiraan bisa diperoleh dengan cara gratis,hehe. Yaitu dengan bermain bersama teman-teman atau saudara-saudara mereka. Daripada menyendiri dan sibuk dengan gadget. Bermain bersama teman atau saudara itu bisa menghadirkan tawa yang lepas dan pekikan kegembiraan yang bikin plong. Amat jauh lebih nikmat ketimbang kegembiraan yang kita peroleh ketika bermain game di gadget seorang diri.

Source  :  analisis penulis dan saduran  dari  berbagai  sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline