Lihat ke Halaman Asli

Terperangkap di Dalam Dinding Sunyi: Bagaimana Broken Home Menjadi Akar Penyebab Anak Merasa Terisolasi dan Rendah Diri

Diperbarui: 5 Februari 2024   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.wattpad.com

Terperangkap di Dalam Dinding Sunyi: Bagaimana Broken Home Menjadi Akar Penyebab Anak Merasa Terisolasi dan Rendah Diri

Pada era modern ini, maraknya kasus broken home telah menjadi suatu fenomena yang menghantui kehidupan keluarga. Namun, perlu diingat bahwa broken home tidak selalu berarti perceraian orang tua. Ketidakharmonisan dan pertengkaran yang tak kunjung usai di antara orang tua juga dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan anak. Dalam kenyataannya, hal ini seringkali membuat anak merasa tertekan dan hidup dalam dunia yang terisolasi.

1. Dinding Sunyi yang Menyiksa:

Pertama-tama, kita perlu menyadari bahwa broken home menciptakan dinding sunyi di dalam hati anak. Meskipun mungkin ada banyak orang di sekitarnya, tetapi ketidakharmonisan di rumah dapat membuat anak merasa terisolasi dan sendirian. Rasa terabaikan dan kesepian ini bisa menjadi beban yang sangat berat, menghantui anak setiap hari.

2. Rendah Diri sebagai Bayang Kelam:

Dampak yang paling merugikan dari broken home adalah rasa rendah diri yang mendarah daging. Anak-anak yang hidup dalam lingkungan tidak harmonis cenderung mengalami penurunan harga diri. Mereka mungkin merasa bahwa kesalahan di rumah adalah tanggung jawab mereka, sehingga mereka merasa tidak berharga dan tidak layak mendapatkan kasih sayang.

3. Ekspresi Rasa Rendah Diri:

Rasa rendah diri pada anak korban broken home dapat diekspresikan secara beragam. Ada yang memilih untuk memendam semuanya, menjadi orang yang tertutup dan melukai diri sendiri sebagai bentuk pelarian dari rasa sakit yang mendalam. Sebaliknya, ada pula yang mengalihkan ketidakpuasan mereka dengan melakukan tindakan destruktif, seperti menjadi pelaku bullying dan melukai orang lain untuk meredakan kecemasan mereka sendiri.


4. Dampak pada Anak dan Remaja:

Dampak broken home bukan hanya terbatas pada masa anak-anak, tetapi juga dapat berlanjut hingga masa remaja. Anak yang tumbuh dalam lingkungan tidak harmonis cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. Selain itu, mereka mungkin juga mengalami kesulitan dalam merencanakan masa depan mereka karena kurangnya dukungan dan panduan dari lingkungan keluarga.


5. Merangkul para Korban Broken Home:

Dalam upaya merangkul para korban broken home, kita perlu memahami bahwa mereka adalah individu yang berharga dan layak mendapatkan cinta dan dukungan. Memberikan perhatian ekstra kepada mereka, seperti mendengarkan keluh kesah mereka atau memberikan dorongan positif, dapat membantu memperkuat mental mereka.

6. Memberikan Pengertian dan Pendidikan:

Penting bagi masyarakat untuk memberikan pengertian tentang kompleksitas permasalahan broken home. Pendidikan tentang pentingnya komunikasi yang sehat dan keharmonisan dalam keluarga dapat membantu mencegah terjadinya broken home. Selain itu, membuka ruang untuk terapi keluarga juga dapat menjadi solusi untuk keluarga yang mengalami konflik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline