Artikel kali ini mungkin tidak begitu formal seperti artikel-artikel yang telah saya buat sebelumnya. Kali ini saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan para mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 UPI Bandung selama berkunjung ke Kampung Adat Cireundeu pada hari Ahad, tanggal 30 Oktober 2022. Kami berangkat bersama sejak pukul 08.00 pagi menggunakan bis. Perjalanan menuju lokasi memakan waktu sekitar satu jam lebih dan itu cukup membuat saya tertidur sejenak, hehe. Ketika sampai di lokasi, saya sempat tersesat bersama Nadia, teman PMM 2 UPI Bandung juga lantaran jalanan ke kawasan villa tempat kita berkumpul cukup berkelok-kelok.
Villa tempat berkumpul PMM 2 UPI Bandung (sumber: dokumentasi pribadi)
Dari perspektif saya, villa ini adalah tempat perkumpulan masyarakat luar yang hendak berkunjung ke Kampung Cireundeu. Kami di sambut oleh tiga penduduk asli Cireundeu dan mengobrol bersama selama sejam. Banyak hal menarik yang saya dapatkan dari sesi bincang ini, Kampung Adat Cireundeu menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, yakni kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur yang bersatu dengan alam. Kepercayaan ini hanya dianut oleh masyarakat asli suku Sunda. Selain itu, makanan pokok mereka bukannya nasi dari padi, melainkan singkong. Kisah singkat di balik pemakaian singkong ini juga cukup unik. Dahulu ketika masih zaman penjajahan, kolonial Belanda merampas habis lahan sawah yang mengakibatkan masyarakat Cireundeu tidak bisa makan nasi lagi. Mereka kemudian mengganti makanan pokok mereka dengan singkong. Kebiasaan memakan nasi singkong dan berhenti memproduksi nasi padi akhirnya terus dilakukan sampai sekarang sebagai wujud kemerdekaan mereka yang tetap bertahan meski sumber makanan pokok mereka di ambil tak tersisa.
Kepercayaan Sunda Wiwitan seperti arti maknanya tadi, penduduk disini sangat dekat dengan alam dan begitu menjaga kelestarian lingkungan, sumber daya, dan ekosistem yang ada. Ritual yang mereka lakukan agar senantiasa dekat dengan alam terbuka ini adalah dengan bersemedi. Kami bersemedi bersama di pegunungan menuju Puncak Salam, salah satu lokasi di Cireundeu yang menampilkan hamparan rerumputan yang luas. Untuk menuju ke wilayah ataupun naik bukit di pegunungan ini kita tidak diperbolehkan mengenakan alas kaki apapun, termasuk kaos kaki. Ini adalah cara penduduk Cireundeu menghargai dan menghormati alam di sekitarnya. Pemaknaan bahwa manusia berasal dari tanah dan akan kembali menyatu dengan tanah maka biarlah fisik tubuh ini menyentuh permukaan tanah dan sekitarnya tanpa perantara (alas kaki).
Jalanan menuju Puncak Salam (sumber: dokumentasi pribadi)
Puncak Salam (sumber: dokumentasi pribadi)
Mencoba nasi singkong bersama rekan PMM 2 lainnya (sumber: dokumentasi pribadi)
Bermain angklung tangga nada pentatonis (sumber: dokumentasi pribadi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI