Lihat ke Halaman Asli

Memamerkan Sastra

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Bekenaan dengan 55 tahun Fakultas Sastra atau sekarang bertransformasi menjadi Fakultas Ilmu Budaya Unpad, maka banyak ragam  yang berubah pula di dalamnya. Dari mulai hanya memiliki empat prodi sampai dengan memiliki sebelas prodi dan berakhir pada sembilan prodi yang masih tetap ada sejak tahun 1982, yaitu Sastra Indonesia, Sastra Daerah, Sastra Perancis, Sastra Jerman, Sastra Rusia, Sastra Arab, Sastra Jepang, Sastra Inggris dan Ilmu Sejarah.

Dalam perubahannya nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya pada tahun 2012, memang tidak semudah membalikan telapak tangan, banyak upaya dan kerja keras hingga pada akhirnya memperoleh  pengesahan dari Senat Universitas hingga penggesahan pada tingkat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Bagi yang berkuliah di Fakultas Sastra atau Fakultas Ilmu Budaya sekarang, kita seharusnya bangga berkuliah disini, walau masih banyak orang yang berpikiran “untuk apa berkuliah disastra?”  lebih baik kuliah dikedokteran, Psikologi ataupun Prodi-prodi yang menjamin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Banyak juga mahasiswa baru di Fakultas Ilmu Budaya yang bila ditanya “mengapa kamu masuk sastra?” tidak sedikit dari mereka menjawab bahwa mereka tercebur, mungkin karena eksistensi sastra yang kurang menonjol pada pandangan masyarakat, padahal dengan berkuliah disastra anda dapat memahami banyak hal, memahami manusia seperti orang-orang yang berkuliah di psikologi, karena kita sering sekali membahas karakter tokoh dalam suatu cerita, atau belajar desain grafis serta tata panggung yang biasa di pelajari juga oleh para arsitek dan masih banyak lagi hal yang kita pelajari yang justru lebih dari sekedar membuat sebuah cerita ataupun puisi.

Guna menghindari salah paham yang terjadi dimasyarakat dewasa ini, eksistensi sastra harus lebih ditingkatkan lebih baik lagi. Sebab jika eksistensi sastra sendiri tidak diperbaiki maka pandangan terhadap sastrapun tidak terlalu baik di masyarakat luas namun ada juga sebagian masyarakat yang mengetahui kelebihan sastra dari ilmu-ilmu lainya.

Oleh sebab itu, dari mulai saat ini marilah  tunjukan apa dan siapa sebenarnya  sastra itu, bagaimana sastra  akan membangun generasi kehidupan yang lebih baik dengan ilmu-ilmunya yang akan membantu masyarakat, dengan memamerkan apa itu sebenarnya sastra yang sebenarnya justru sangat dekat dengan masyarakat.

Jadi, mulai saat ini marilah kita memamerkan apa itu sastra agar eksistensi sastra tetap indah di mata masyarakat.

*aulia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline