Lihat ke Halaman Asli

Aulia Ur Rohmah

Mahasiswa Perbankan Syariah

Peringati Maulid Nabi, Warga Kaliwungu Gelar Tradisi Weh-Wehan

Diperbarui: 11 November 2021   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah weh-wehan berasal dari kata "Aweh" yang berarti "Memberi". Warga setempat menyebut istilah weh-wehan sebagai penyambung tali silaturrahmi dan berbagi rezeki kepada tetangga.
Tradisi weh-wehan umumnya dilaksanakan pada tanggal 11 atau 12 Rabiul Awal. Weh-wehan biasanya dilakukan mulai sore hari (setelah Ashar) dan malam hari (setelah Maghrib). Untuk sore hari biasanya weh-wehan dilakukan oleh orang tua berupa makanan berat seperti Gemblong, Ketan, Sumpil dan lainnya. Sedangkan malam harinya weh-wehan dilakukan oleh anak-anak berupa makanan ringan seperti kolak, kue tart, salad buah dan lainnya.

Biasanya semua warga akan menyiapkan jajanan di depan rumah masing-masing seperti orang berjualan dan nantinya tetangga yang berkunjung membawa makanan akan diganti makanan atau bisa disebut dengan barter.

Walaupun sudah ada dari lama, warga setempat tetap antusias menyambut weh-wehan dengan tujuan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Selain tradisi weh-wehan ada juga tradisi teng-tengan, yaitu lampion yang terbuat dari bilah bambu dan kertas yang di dalamnya terdapat lampu dan minyak. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi teng-tengan ini sudah tidak seramai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline