Di kertas putih kusulam bayangmu,
Garis demi garis, kutuangkan rindu,
Kau lahir dari pensil, dari tinta imaji,
Ketika dunia tak ramah, kau satu-satunya yang mengerti.
Di sekolah, mereka tertawa, mencibir,
Setiap ejekan seperti luka yang tak terhitung,
Namun di dunia yang kuciptakan sendiri,
Kau selalu ada, menemani sepi.
Tiap detik di sana, terasa lebih damai,
Tak ada ejekan, tak ada rasa sakit yang terurai,
Hanya kau, dengan sayap-sayap mimpi,
Mengangkatku jauh dari kenyataan yang sunyi.
Aku ingin kau nyata, tak sekadar goresan,
Menemani di sini, dalam setiap kesendirian,
Seperti di dunia fiksi yang kubuat di benakku,
Kau, sahabat sejati yang tak pernah melukaiku.
Mereka tak tahu, dalam setiap tarikan garis,
Aku mencipta pelindung dari hati yang terkikis,
Dan jika suatu hari kau bisa bernapas,
Aku tak lagi takut, tak lagi merasa terkekang di batas.
Jadi tetaplah di sini, dalam coretan yang kusemat,
Suatu saat, mungkin, kau kan keluar dari imajinasi penat,
Menjadi nyata, menjadi teman yang selalu kutunggu,
Karena bersamamu, dunia ini tak lagi kelabu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI