Lihat ke Halaman Asli

Aulia Rizki

Universitas Andalas

Pandangan Etika Engineer Terkait Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air 182 di Kepulauan Seribu

Diperbarui: 22 Mei 2023   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bagaimana Pandangan Etika Engineer Terkait "Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Perairan Kepulauan Seribu" ?

 Kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang terjadi pada 9 Januari 2021 lalu, di perairan Kepulauan Seribu menyebabkan hilangnya 62 nyawa diantaranya 12 awak kabin, 40 penumpang dewasa, 7 penumpang anak-anak, dan 3 bayi. KNKT menyimpulkan bahwa penyebab utama jatuhnya pesawat tersebut karena adanya gangguan pada sistem mekanikal pesawat yang belum mencapai tahap perbaikan. 

Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya peran dan tanggung jawab engineer teknik industri dalam menjaga keselamatan dan kualitas sistem transportasi udara. Dalam situasi seperti ini, penting bagi para engineer untuk memahami, menerapkan, dan mempertahankan standar etika profesi yang tinggi agar kepercayaan publik terhadap industri penerbangan dapat dipulihkan.

Sebagai engineer yang profesional, memiliki pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip teknik industri termasuk sistem keamanan dan keselamatan merupakan hal yang mutlak. Kejadian jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menunjukkan perlunya keterampilan teknis yang memadai untuk menganalisis, merancang, dan mempertahankan sistem transportasi udara yang aman dan handal. Engineer harus terus meningkatkan pengetahuan mereka melalui pendidikan berkelanjutan dan pelatihan agar tetap relevan dengan perkembangan teknologi terbaru dalam industri penerbangan.

Etika profesi menuntut para engineer untuk bekerja dengan integritas dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Insiden jatuhnya pesawat mempertanyakan integritas dan tanggung jawab engineer teknik industri terkait dengan perencanaan, perancangan, produksi, dan pemeliharaan pesawat. Engineer harus dapat mengidentifikasi dan melaporkan temuan potensial yang berisiko tinggi kepada pihak yang berwenang tanpa adanya tekanan atau intervensi yang dapat mengorbankan keselamatan. Tanggung jawab mereka terhadap kehidupan manusia dan kelestarian lingkungan harus menjadi prioritas utama.

Dari kasus jatuhnya Sriwijaya Air 182, etika engineer mewajibkan para engineer mempunyai kompetensi yang memadai dalam bidangnya. Kejadian jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dan kelayakan pesawat tersebut. Oleh karena itu, engineer teknik industri harus memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang perencanaan, perancangan, produksi, dan pemeliharaan sistem transportasi udara untuk mencegah terjadinya kegagalan yang berakibat fatal.

Etika profesi juga mendorong para engineer/ insinyur untuk bekerja dengan integritas dan tanggung jawab. Mereka harus memprioritaskan kepentingan dan keselamatan masyarakat di atas segalanya. Kejadian ini menunjukkan pentingnya penilaian yang obyektif dan kejujuran dalam mengidentifikasi dan melaporkan potensi kerusakan atau kegagalan sistem. Insinyur teknik industri harus berani melaporkan temuan mereka kepada pihak yang berwenang dan bekerja sama dalam menjaga kualitas dan keselamatan sistem transportasi udara.

 Selain itu, etika profesi juga melibatkan kewajiban untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan. Engineer teknik industri harus senantiasa mengikuti perkembangan teknologi terbaru, standar keselamatan, dan praktik terbaik dalam industri. Mereka harus mengikuti pelatihan dan sertifikasi yang relevan, serta terlibat dalam kegiatan profesi yang mempromosikan keselamatan dan etika kerja. Dalam konteks kejadian jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, kemampuan insinyur teknik industri untuk menguasai dan menerapkan pengetahuan terbaru dapat berperan dalam mencegah terjadinya kecelakaan serupa di masa depan.

Perkembangan teknologi dan kebutuhan akan keselamatan yang semakin meningkat menuntut para engineer untuk selalu belajar dan beradaptasi dengan perubahan. Mereka harus mengikuti perkembangan terbaru dalam industri penerbangan, standar keselamatan, dan regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas penerbangan. Insiden jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 menjadi peringatan bagi para engineer untuk tidak mengabaikan pembelajaran dan pembaruan dalam praktik terbaik industri. Keterampilan teknis yang mutakhir dan pemahaman mendalam tentang sistem transportasi udara akan membantu mencegah terjadinya kecelakaan serupa di masa depan.

 Terakhir, etika profesi juga menuntut para engineer untuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif. Mereka harus mampu berkolaborasi dengan pihak terkait, seperti pilot, maskapai, dan otoritas penerbangan, untuk memastikan keamanan dan keselamatan sistem transportasi udara. Insiden ini menggaris bawahi pentingnya komunikasi yang efektif dalam melaporkan masalah, berbagi informasi, dan bekerja sama dalam mengatasi potensi risiko dan kegagalan. Kolaborasi yang kuat dan transparansi yang tinggi antara engineer dan pemangku kepentingan lainnya akan membantu menciptakan sistem transportasi udara yang lebih aman dan handal.

 Dari pernyataan dan opini-opini di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab dari insinyur bukan hanya berhenti pada tahap perancangan maupun pengembangan produk, tetapi juga melibatkan kerjasama dalam tahap pemasangan, pemeliharaan, dan perbaikan produk atau sistem. Kita harus memastikan bahwa produk atau sistem yang kita hasilkan tetap aman dan berfungsi dengan baik setelah digunakan oleh konsumen. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline