Dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses dan operasional sebuah bisnis, pelaku usaha termasuk UMKM, perlu melakukan perubahan dari sistem konvensional menjadi digital. Dengan digitalisasi, pelaku bisnis akan memanfaatkan teknologi, mulai dari cara memperoleh bahan baku, proses pembuatan produk, hingga pemasarannya. Namun, pengetahuan mengenai digitalisasi yang dapat membantu mereka masih sangat minim. Hal tersebut menyebabkan kemajuan teknologi yang ada saat ini belum mampu membantu para UMKM dalam menjalankan usahanya.
Sumber daya manusia menjadi faktor kunci dalam menghadapi digitalisasi ini. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada untuk kepentingan bisnis, pelaku UMKM memerlukan sebuah pendampingan. Pendampingan tersebut dapat diberikan oleh mahasiswa. Dalam perkuliahan, mahasiswa diberikan ilmu kewirausahaan, baik berupa teori maupun pengaplikasiannya. Mahasiswa juga merupakan generasi yang selalu memanfaatkan hadirnya kemajuan teknologi. Oleh karena itu, mahasiswa, khususnya yang menempuh pendidikan di fakultas ekonomi dan bisnis, dapat memahami langkah dan strategi bisnis dalam bersaing dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.
Mahasiswa melakukan pendampingan UMKM, baik melalui kegiatan perkuliahan yang harus mereka lakukan, maupun sekadar mendampingi UMKM dalam waktu luangnya. Tidak jarang pula pendampingan UMKM menjadi program kerja KKN (Kuliah Kerja Nyata) mahasiswa karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan pelaku UMKM di lokasi KKN mengenai digitalisasi dalam usaha yang mereka jalankan. Berdasarkan pengalaman penulis bersama dengan kelompok KKN, dilakukan proses pendampingan UMKM di bidang kuliner, yakni camilan kripik belut.
Dalam menjalankan usaha, pelaku UMKM masih memasarkan produknya secara offline sehingga pembeli yang datang hanya dari sekitar tempat produksinya. Mereka juga belum memiliki foto produk yang sesuai untuk pemasaran. Pelaku UMKM tidak lagi mempedulikan penampilan foto produk ketika telah memiliki pasar yang cukup untuk memasarkan produknya. Padahal, penampilan foto produk yang lebih menarik dapat menambah jumlah pembeli melalui keyakinannya terhadap produk yang akan mereka beli.
Oleh karena itu, mahasiswa membantu pengambilan foto produk sebagai visual daya tarik calon pembeli dan pembuatan media pemasaran online. Media pemasaran online yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan pelaku UMKM, yakni melalui akun media sosial Instagram.
Setelah didapatkan foto produk terbaik, foto tersebut diposting di akun Instagram bisnis yang telah dibuat. Kemudian, pelaku UMKM diajarkan langkah-langkah melakukan pemasaran di akun tersebut sehingga produk dapat dikenal luas, dan diharapkan pesanan produk meningkat. Sebagai proses keberlanjutan, mahasiswa cukup mendampingi proses pemasaran selanjutnya yang dilakukan oleh pelaku UMKM.
Di luar pengalaman penulis, mahasiswa juga dapat melakukan pendampingan digitalisasi UMKM berkaitan dengan pemasaran melalui e-commerce. Mahasiswa mendampingi pelaku UMKM dalam memasarkan produknya secara online di e-commerce, seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dsb. Mahasiswa juga dapat melakukan pendampingan berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Dengan financial technology, pengelolaan keuangan dapat dilakukan secara otomatis, misalnya melalui aplikasi BukuKas, BukuWarung, Teman Bisnis, dsb. Diharapkan dengan pendampingan mahasiswa mengenai digitalisasi, pelaku UMKM dapat lebih mudah memanfaatkan teknologi dalam mencapai tujuan dan target bisnisnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H