Lihat ke Halaman Asli

Inikah Waham Suamiku??

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kisah ini dimulai ketika biduk rumah tangga kami telah masuk pada usia 20 tahun. Ya sekilas kami memang bahagia, namun bagi yang sudah mengenalku, akan iba melihatnya. Aku merasa tak adil memiliki hidup seperti ini. Aku bingung apa yang harus aku lakukan saat ini yang terbaik bagiku, anakku,dan suamiku,begitu pula rumah tanggaku.

Aku adalah seorang istri sebuat saja “S” aku memiliki suami “Z” yang mengalami gangguan Skizofrenia. Aku sebelumnya tak pernah tahu jika suamiku mengidap penyakit berat ini. Hanya memang suamiku adalah tipikal orang yang sangat pemarah dan keras. Dulunya aku berfikir bahwa didikan orang tuanya yang salah membuatnya seperti ini. Suamiku adalah tipikal manja, itu sudah menjadi sifat suamiku, karena dahulu orang tuanya tak mendidiknya dengan baik dan hanya diberi gelimang harta. Aku baru tahu suamiku mengidap skizofrenia ini ketika 2 tahun lalu aku masukpoli jiwa RSSA (celaket).

Kisah ini bermula ketika suamiku saat dulunya ketika duduk dibangku SMA penah menyukai seorang gadis desa didepan rumahnya. Mereka berpacaran, suamiku rupanya sangat sayang terhadapnya. Namun ibu suamiku menolak dan tak menerima gadis desa itu karena dianggap tak sederajat dengan mereka. Dan Ibu suamiku menikahkan gadis desa itu dengan orang madura. Suamiku tahu akan hal ini membuat dia sangat terpukul, hingga sikap nakalnya semakin menjadi. Dokter mengatakan hal trauma di masa lalu inilah yang menyebabkan suamiku mengidap skizofrenia.

Aku tergolek lemas dan gemetar di Sebuah masjid bersama kedua anakku yang masih SD dan SMP. Aku melarikan diri dari suamiku, iya ini adalah lari kedua kalinya sebab aku tak tahan lagi dengan sikap suamiku. Aku dituduh berselingkuh dengan 700 orang laki-laki. Bisa dibayangkan secara masuk akal tidaklah mungkin. Aku bukan tipikal wanita seoerti itu, jangankan untuk berselingkuh dengan 700 orang aku dbayar untuk menyukai seseorang demi allah aku tak akan mau. Begitu aku mau selingkuh?. Dimalam sebelum pelarian itu, aku diintograsi oleh suamiku, iya dia mngatakan bahwa dia melihat didalam dzikirnya bahwa ia melihat wajah-wajah para selingkuhanku beserta namanya satu persatu. Dia mengintrograsiku dtengah malam, aku sungguh takut ketika itu, aku gemetar melihat suamiku sendiri. Aku disuruh menyebutkan nama-nama selingkuhan ku. Aku bingung, apa yang harus aku sebutkan???

Jika aku tak menjawab aku mendapatkan siksaan fisik(aku tak ingin menjelaskan lebih lanjut). Aku takut apa yang harus aku lakukan disaat ini, aku hanya bisa mengucap Allahuakbar,kenapa dengan suamiku, kenapa aku harus menjawab pertanyaan yang sama sekali aku tidaktahu?. Dengan terpaksa akhirnya kujawab ngawur saja nama-nama orang-orang itu. Anehnya ketika aku menjawab wajah suamiku berubah, dia merasa lega karena keyakinannya dianggap benar. Aku terpaksa menjawab itu karena sudah tidak kuat lagi ketika mengelak. Hingga pagi kejadian intrograsi itu dilakukan. Dan keyakinan yang entah didapat darimana itu tidak bisa dibantah, sebab suamiku akan sangat tidak terima ketika keyakinan dibantah.

Ketika dipoli jiwa aku sedikit merasa tenang, ya aku ditolong oleh seorang ibu-ibu yang saat itu iba melihat keadaanku dan anak-anakku geletakan dimasjid. Saat itu kondisiku sangat memprhatinkan,jangankan membayangkan wajah suamiku, menyebut nama suami saja aku gemetar histeris. Ibu baik hati tadi akhirnya membawaku ke poli jiwa. dan aku positif terkena depresi berat. Beliau menelpon ibu kandungku dan juga kakakku, seketika itu mereka datang, namun suamiku tak tahu aku disini. Aku tak ingin dia tahu, biarkan pelajaran ini didapatkannya. Berhari-hari aku berada dipoli ini, aku merasa dipoli jiwa ini sangat nyaman dibandingkan dirumahku dengan suamiku itu. Bayangkan aku tidak boleh keluar dari rumah walaupun itu diteras saja. Aku hanya boleh diam dirumah. Sebagai istri aku hanya bisa menurut.

Hari berganti hari, aku menceritakan kisahku ini pada psikiater dan dokter yang menanganiku, setelah mendengar kisahku, beliau meyakini suamiku mengidap skizofrenia. Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat ditandai dengan ciri Ciri primer Skizofrenia, seperti Halusinasi, delusi, dll. Menurut dokter yng menanganiku, aku berselingkuh dnegan 700 orang adalah keyakinan palsu yang diyakini suamiku. Yang biasanya didalam ciri-ciri skizofrenia masuk pada pengertian “delusi(waham). Dan suamiku masuk pada gangguan delusi tahap campuran yakni, deluasi cemburu dimana dia yakin bahwa pasangannya sudah tidak setia dengannya dan juga waham kebesaran yakni dimana seseorang berkeyakinan dirinya memiliki hubungan langsung dengan Tuhan yakni mengaku wali Allah.

Aku baru tahu penyakit suamiku, dan dokter itu menyarankan untuk membawa suamiku kepoli ini juga untuk diobati, akhirnya aku luluh, demi suamiku aku mau dijemput suamiku asal dia juga berkonsultasi dengan dokter dan psikiatri ,namun ketika  aku memabawanya. Apa yang didapat bukannya obat, malah dokter dan psikiater yang menangani justru dibilang sakit oleh suamiku.

Aku bingung apa yang harus dilakukan saat ini yang terbaik bagi suamiku, aku ingin dia sembuh, tapi didalam rumah tangga kami dia lah diktator, dan kami tak berdaya jika suamiku sudah berkuasa,

kami bingung intervensi apa yang harus kami lakukan agar suamiku menjalani pengobatan??apakah aku harus diam-diam memberi obat atau menyeret suamiku dn memaksa agar suamiku mau berobat???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline