Buah dan Sayuran merupakan kelompok perishable food, artinya produk pangan yang sangat rentan terhadap kebusukan. Kelompok pangan tersebut memerlukan perhatian khusus demi menjaga kualitas dan keamanan produknya. Bahan pangan tersebut akan mudah rusak bila didiamkan begitu saja. Kerusakan bahan pangan dapat meliputi kerusakan biologis, fisik, mekanis, mikrobiologis dan kimiawi. Kerusakan biologis adanya reaksi enzimatis menyebabkan terjadinya kerusakan dan pembusukan.
Teknologi saat ini sudah semakin berkembang, khususnya pada teknologi pascapanen yang tepat diperlukan untuk mengurangi kerusakan demi menjaga kualias. Produsen buah dan sayuran umumnya menggunakan Teknik pelapisan pada buah dan sayur yang siap didistribusikan. Pelapisan (coating) lilin pada produk makanan termasuk teknik pengawetan makanan yang telah lama digunakan. Pelapis lilin berfungsi membuat tampilan makanan menjadi bagus, mengkilat, mencegah keriput, penyusutan, serta mencegah serangan patogen penyakit. Selain itu fungsi utamanya melindungi makanan kehilangan air/lapisan pelembab, sehingga makanan bisa bertahan lebih lama. Akan tetapi penggunaan pelapis sintesis sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) makanan yang dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker.
Efek bahaya dari pelapis sintetis tersebut dapat diminimalisir oleh perkembangan Edible Coating. Edible coating dapat didefinisikan sebagai lapisan pelindung yang dibuat di sekitar permukaan makanan dengan menerapkan larutan yang terbuat dari polimer yang dapat dimakan seperti polisakarida, protein, lipid atau kombinasinya. Lapisan pelindung bertindak sebagai penghalang antara makanan dan lingkungan eksternal dan dengan demikian menunda pematangan dan proses pembusukan. Edible Coating dapat dibuat menggunakan bahan baku alami dengan kandungan utama adalah pati.
Di sisi lain, Penggunaan lilin sebagai bahan tambahan pangan (BTP) pelapis makanan telah diatur dalam Peraturan Kepala BPOM No. 12 Tahun 2013. Aturan itu menyebut beberapa jenis lilin yang aman digunakan sebagai BTP pelapis, yakni malam (Beeswax), lilin kandelila (Candelilla wax), lilin karnauba (Carnauba wax), syelak (Shellac), dan lilin mikrokristalin (Microcrystalline wax). Pada pelapis jenis malam, lilin kandelila, dan syelak, asupan harian yang dapat diterima tubuh tidak dinyatakan. Artinya, BTP ini mempunyai toksisitas sangat rendah, sehingga tidak menimbulkan bahaya terhadap kesehatan. Asupan harian yang dapat diterima pada jenis pelapis lilin Karnauba adalah sebanyak 0-7 mg/kg berat badan, sedangkan pada lilin mikrokristalin sebesar 0-20 mg/kg berat badan.
Fakta lain menyebutkan bahwa berbagai jenis lilin alami diproduksi oleh tanaman dan hewan. Apel, plum, pir adalah beberapa buah yang menghasilkan kandungan pelapis lilin alami. Komponen utama lilin pada buah apel disebut asam ursolat. Zat ini bersifat anti-air. Lilin pada hewan, misalnya, diproduksi oleh serangga Lac betina menghasilkan lilin alami Shellac. Sementara itu, Carnauba adalah contoh lain lilin alami yang diproduksi daun-daun palem Carnauba. Keberadaan pelapis lilin alami tersebut masih aman untuk dikonsumsi. Namun, terkadang, produsen menambahkan pelapis lilin di atas lilin alami untuk menambah umur simpan.