Lihat ke Halaman Asli

Aulia Nuurin

Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Pengaruh Efektivitas Toilet Training terhadap Pembentukan Kepribadian Anak

Diperbarui: 1 Juni 2022   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: popmama.com

Kalian pasti sering mendengar pendidikan pada anak usia dini, bukan? pendidikan anak usia dini adalah suatu dasar dalam membentuk tumbuh kembangnya  seorang anak dalam hal keterampilan, dasar-dasar pengetahun maupun sikap mereka kedepannya. Melihat dari bagaimana sistem pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini yang ada di Indonesia maka dapat dilihat melalui bagaimana proses dan juga sistem pendidikan yang kita jalanin. 

Tahukah kalian apa itu pengertian dari pendidikan anak usia dini? pendidikan anak usia dini merupakan suatu cara untuk membina anak anak dari sejak lahir sampai usia enam tahun. Hal ini dilakukan karena kita sebagai orang tua tentunya sangat menginginkan untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan seorang anak agar mempunyai persiapan untuk memasuki jenjang pendidikan berikutnya. Nah, dalam mendidik seorang anak berusia dini itu tentunya tidak mudah dan juga harus berhati-hati loh. Terkadang yang menurut orang tua itu hal spele, namun ternyata dapat berpengaruh sekali dalam pembentukan kepribadian seorang anak. Salah satunya yaitu menerapkan Toilet Training pada anak.  

Pastinya untuk para ibu sudah tidak asing lagi nih mendengar istilah Toilet Training. Namun apakah Toilet Training ini sudah diterapkan dengan baik? Nah, untuk informasi selengkapnya, simak artikel berikut ini ya!

Tahukah kalian? Waktu untuk melatih toilet training pada seorang anak seharusnya dimulai pada usia  15 bulan. Ketika pada usia tersebut mereka belum dilatih maka dapat menimbulkan beberapa trauma. Ketika anak berumur 18 bulan, anak sudah dapat menahan air seni hingga waktu 2 jam. Anak di usia sebelum sekolah bisa melaksanakan buang air kecil secara mandiri di tempatnya. Jika anak di usia sekolah masih mengompol di celana tanpa di sadari, ini merupakan tanda bahwa ada permasalahan dalam membuang air kecil. Kegiatan buang air kecil pada tempatnya membutuhkan waktu latihan yang cukup lama dibandingkkan dengan buang air besar.

sumber: kompas.com

Ketika anak berumur 3 hingga 3 tahun anak akan mulai untuk latihan buang air kecil dengan teratur pada tempatnya. Toilet training adalah salah satu hal yang penting dilakukan untuk mendidik anak agar dapat melakukan kegiatan buang air kecil dan air besar secara mandiri. Dalam melakukan toilet training pada anak, biasanya membutuhkan beberapa tahapan, sepertui halnya melakukan pembiasaan pada anak agar  menggunakan toilet pada saat buang air besar maupun buangair kecil. Apabila hal tersebut dibiasakan maka seorang anak akan lebih cepat beradaptasi. Mereka juga harus diberikan latihan, walaupun keadaan mereka sudah berseragam lengkap untuk pergi ke sekolah namun tetap harus mengenakan pakaian tersebut dan melepas bagian yang dibutuhkan untuk buang air kecil atau buang air besar. 

Pelatihan secara rutin bermanfaat bagi kemandirian anak, agar tidak enkopresis atau mengompol. Ketika anak belum dapat melakukan hal tersebut dengan baik maka sebagai orang tua kita tidak boleh menyalahkan, namun cukup dengan memberikan suatu teguran dan melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mungkin melakukan toilet training  untuk sebagian anak tidak ditemukan adanya masalah. Namun pada sebagian lainnya mungkin saja menemukan kesulitan dalam menjalankannya. Kesulitan tersebut menjadi masalah yang sering dijumpai misalnya anak masih mengenakan popok karena karena mereka masih mengompol di umur yang semestinya telah memasuki fase mandiri. Selain dari permasalahan tersebut, ada lagi permasalahan lainnya yang muncul yaitu anak masih sering buang air kecil atau air besar di celana. Ketika anak sudah mulai bersekolah, anak mulai dituntut untuk menjadi mandiri yang tidak lagi bergantung pada oarang tuanya. Anak akan belajar mengontrol dirinya sediri agar lebih mandiri seperti menggunakan toilet, mengguakan pakaian sendiri, memakai atribut sekolah sendiri dan lain lain. Anak akan mengerjakan segalanya sendiri karena merasa sudah mampu. Salah satu hal yang dapat melatih anak untuk belajar mandiri adalah dengan mengenalkan kegiatan toilet training sejak dini. Melaksanakan toilet training juga harus memperhatikan kesiapan anak baik secara fisik, kesiapan mental dan orang tua. Tetapi kegiatan ini juga jangan sampai terlambat untuk diajarkan. Manfaat dari kegiatan ini juga sangat berkaitan dengan kemandirian anak.


Dampak yang muncul karena keterlambatan anak dalam melakukan toilet training adalah anak menjadi susah di atur dan keras kepala. Bukan hanya itu saja namun akan memberikan dampak lainnya seperti anak akan menjadi manja, kurang mandiri dan dikhawatirkan akan membawa kebiasaan mengompol hingga besar. Perilaku mandiri adalah salah satu perkembangan anak usia dini yang harus dimiliki anak agar mereka mampu melaksanakan segala sesuatunya secara mandiri tanpa bergantung kepada orang lain. Perilaku mandiri pada anak harus diterapkan sejak kecil dan se-dini mungkin karena ketika sudah besar anak memiliki dorongan untuk menjadi mandiri terhadap dirinya sendiri. Karena pada hakikatnya anak akan lebih senang melaksanakan segala hal dengan inisiatifnya tanpa suruhan atau perintah dari orang tua atau orang lain.


Terkadang orang tua seperti kurang peduli terhadap kemandirian pada anak. Orang tua lebih mengutamakan perkembangan kognitif pada anak saja. Padahal tumbuh kembang terhadap kemandirin pada anak juga tidak kalah penting dan sangat dibutuhkan oleh anak. Alasan hal ini sangat penting untuk dilakukan adalah ketika anak sudah memasuki fase bermain di lingkungan  luar rumah, anak anak tidak bergantung lagi pada orang tua mereka. Proses toilet training  dirasa berhasil jika anak sudah mampu secara fisik maupun mental. Para ilmuwan terdahulu telah mengidentiifikasi mengenai tahapan yang dilewati anak ketika bisa mengetahui fungsi kotrol terhadap kandung kemih. 

Menurut Supartini (dalam Khalimatus 2009: 15) tahapan tersebut adalah :

  1. Anak mampu menyadari jika popok atau pakaiannya basah. Hal ini bisa terjadi di usia 15 bulan
  2. Anak akan mengerti perbedaan mengenai buang air besar dan kecil. Hal ini dapat dikenalkan sejak usia 18 hingga 24 bulan.
  3. Anak bisa memberitahu terlebih dahulu jika ingin membuat air besar atau kecil. Dengan begitu orang tua memilikin cukup waktu untuk mengantar anak ke toilet. Hal ini kebanyakan terjadi disaat usia menginjak 2 hingga 3 tahum.
  4. Anak sudah bisa mengontrol kandung kemihnya dan bisa menahan saat akan buang air dalam beberapa waktu. Hal ini terjadi di usia 3 tahun keatas.

Berdasarkan penjabaran tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa kegiatan toilet training mesti diajarkan kepada anak sedini mungkin. Dalam menerapkan hal ini, solusinya adalah dengan memberikan motivasi kepada anak yang dibekali dengan sarana dan prasarana yang mendukung seperti toilet yang bersih dan nyaman. Selain itu kegiatan toilet training juga bisa meningkatkan kemandirian anak. Anak akan belajar mengontrol dirinya sendiri, dan bisa menjaga kebersihan dirinya meskipun  tidak dibantu orangtuanya atau orang dewasa. Anak menjadi biasa untuk menyampaikan ketika  dirinya ingin buang air kecil atau besar, mampu melepas dan memakai celana secara mandiri dan bisa menjaga kebersihan diri sendiri. 

Sikap orang tua yang sabar dan tulus dalam mengajari anak dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap permasalahan buang air kecil dan besar yang belum teratur. Latihan yang teratur juga memberikan dampak yang positif bagi perilaku anak kedepannya. Jika anak belum mampu melakukan kegiatan buang air kecil dengan baik dan benar di toilet, jangan mengejek atau memarahinya karena hal tersebut akan memberikan dampak negatif pada anak. Ajarkan  ia dengan kelembutan maka dengan hal tersebut anak akan lebih mudah untuk memahami dan menerima. Jadi, jangan pernah menganggap bahwa toilet training merupakan hal yang sepele ya!! ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline