INDIA, KOMPASIANA - Wabah Superbug atau kuman super menjadi kabar mengerikan bagi seluruh dunia terutama di India yang telah mengalami wabah hingga memakan ribuan nyawa penduduk maupun pasien. Beberapa ahli menilai bahwa penyebaran wabah infeksi superbug ini dapat menjadi sebuah pandemi untuk kedepannya jika tidak segera diatasi.
Mengutip The Times of India menyatakan bahwa dari beberapa hasil survei selama satu tahun pertama terkait infeksi pada pasien yang terdapat di rumah sakit Hospital-Acquired Infection (HAIs) pada 120 ICU di seluruh India mengungkapkan data bahwa adanya gambaran mengkhawatirkan mengenai wabah superbug yang terbukti kebal dengan berbagai macam antibiotik. Para peneliti menjelaskan bahwa bukti micro-organisme yang resisten terhadap obat-obatan ditemukan pada 3.080 sampel darah dan 792 urin.
Menurut Healthcare Associated Infection Surveillance India menyatakan bahwa Superbug menunjukkan tingkat resistensi terhadap antibiotik yang kuat dan yang baru seperti carbapenem serta data menunjukkan bahwa dalam setahun terakhir telah terjadi peningkatan 10 persen yang resisten dan hal tersebut membuat kekhawatiran dalam dunia medis seluruh dunia khususnya India.
Superbug terdeteksi dari para pasien 73,3% dari semua kasus infeksi darah dan 53,1% infeksi saluran kemih. Melansir pada sumber The Times of India dalam penelitiannya ditemukan sebanyak 38,1% pasien yang menderita kasus infeksi darah dan 27,9% infeksi saluran kemih yang dimana mengalami infeksi superbug dinyatakan meninggal dunia dalam jangka waktu yang sangat singkat yaitu 14 hari, meskipun dalam hal ini penelitian mengatakan infeksi superbug mungkin tidak secara langsung berkontribusi pada kematian para pasien namun hal tersebut dapat menjadi faktor pasien mengalami kematian.
Zubairi Djoerban dalam tweetnya menyatakan bahwa superbug ditemukan dari India sebelah barat yang tepatnya terjadi di sebuah rumah sakit di Maharashtra, bahkan di Kolkata setidaknya ada 6 dari 10 pasien yang dirawat di ICU tubuhnya sudah kebal dengan antibiotik. Pada pasien yang dirawat ditemukan macam-macam kuman yang menginfeksi seperti Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii yang menyebabkan pneumonia serta kuman bernama Escherichia coli maupun Klebsiella pneumoniae yang menyebabkan pasien harus dipasang ventilator hingga berisiko pada kematian.
Professor Zubairi Djoerban juga menyatakan bahwa tingkat resistan terhadap antibiotik dapat terjadi dimanapun yang berarti bisa dialami seluruh negara termasuk Indonesia serta dapat menyerang seluruh usia. Hal tersebut, diakibatkan atas penyalahgunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya. Pada pandemi Covid-19 disinyalir bahwa banyak sekali pasien yang mendapatkan dan mengkonsumsi bermacam-macam antibiotik sehingga hal tersebut dapat menjadi penyebab adanya resistensi kuman yang akibatnya berbahaya karena beberapa masyarakat pada masa pandemi mengkonsumsinya secara berlebihan dan tanpa resep dokter.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H