Lihat ke Halaman Asli

Konsep Diri: Pengaruh terhadap kehidupan menurut lensa Hurlock

Diperbarui: 20 Desember 2024   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi pribadi (foto wawancara)

PROFIL SINGKAT:

Jauhari Afdal Umam, seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun, lahir di Tangerang, 07 Agustus 2007. Jauhari adalah peserta didik kelas XI Akuntansi di SMK LETRIS INDONESIA 1. Sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, Jauhari tumbuh dalam lingkungan keluarga yang hangat dan penuh kasih sayang. Pengalaman tumbuh bersama saudara-saudaranya telah membentuk karakternya yang pemberani dan percaya diri.

LENSA PSIKOLOGI:

Psikologi adalah ilmu yang secara mendalam mengkaji segala aspek kehidupan manusia, mulai dari bagaimana kita berpikir, merasakan, dan berperilaku hingga bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Cakupan psikologi begitu luas, mencakup berbagai proses mental, emosi, dan perilaku manusia. Salah satu cabang psikologi yang menarik untuk dipelajari adalah psikologi perkembangan. Cabang ini khusus mempelajari bagaimana manusia tumbuh dan berubah seiring berjalannya waktu, mulai dari masa bayi hingga dewasa. Dalam psikologi perkembangan, kita dapat menemukan berbagai teori yang berusaha menjelaskan proses perkembangan manusia, salah satunya adalah teori konsep diri yang dikemukakan oleh Elizabeth B. Hurlock. 

Konsep diri merupakan gambaran mental yang kita miliki tentang diri sendiri. Ini mencakup segala hal yang kita yakini tentang siapa kita, kemampuan kita, nilai-nilai yang kita anut, dan peran kita dalam masyarakat. Konsep diri terbentuk secara bertahap sepanjang hidup kita melalui berbagai pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Lingkungan sosial, khususnya keluarga dan teman sebaya, memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk konsep diri seseorang. Pengalaman masa kanak-kanak, cara orang tua mendidik, dan interaksi dengan teman-teman sebaya dapat membentuk pandangan kita tentang diri sendiri secara positif maupun negatif.

 Konsep diri seseorang terbentuk dari berbagai faktor kompleks yang saling memengaruhi. Elizabeth B. Hurlock mengidentifikasi sejumlah faktor yang turut membentuk konsep diri, antara lain: penampilan fisik (bentuk tubuh, kondisi kesehatan, pakaian), nama, tingkat kecerdasan, aspirasi hidup, emosi, latar belakang budaya, lingkungan sekolah, status sosial, dan pengaruh keluarga. Interaksi dari berbagai faktor ini melahirkan dua jenis konsep diri yang berbeda, yaitu: 

1. Konsep diri positif dicirikan oleh penerimaan diri yang tulus, keseimbangan emosional yang baik, kepercayaan diri yang kuat, sikap optimis, serta kemampuan menjalin hubungan sosial yang sehat. Individu dengan konsep diri positif cenderung merasa puas dengan diri sendiri, mampu menghadapi tantangan, dan memiliki pandangan hidup yang positif. 

2. Konsep diri negatif, di sisi lain, ditandai oleh pandangan diri yang pesimistis, perasaan tidak aman, rendah diri, pesimisme, kurang percaya diri, dan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Individu dengan konsep diri negatif seringkali merasa tidak berharga, sulit menerima pujian, dan cenderung menyalahkan diri sendiri atas kegagalan. 

Masa remaja adalah periode krusial dalam perkembangan individu, di mana seorang remaja tengah aktif mencari jati diri dan memahami siapa dirinya. Proses pencarian ini seringkali diwarnai oleh berbagai emosi kompleks dan tantangan yang harus dihadapi.

Artikel ini bertujuan untuk mengupas lebih dalam mengenai konsep diri remaja melalui studi kasus seorang siswa kelas 11 SMK LETRIS INDONESIA 1 yang berinisial JAU. Melalui wawancara mendalam, penulis berusaha menggali lebih jauh mengenai persepsi JAU terhadap dirinya sendiri, tantangan yang dihadapinya, serta faktor-faktor yang memengaruhi konsep dirinya.  Hasil wawancara menunjukkan bahwa JAU telah menunjukkan perkembangan yang positif dalam membangun konsep dirinya. Ia telah mulai menerima kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Namun demikian, JAU masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya rasa percaya diri dalam situasi sosial baru dan konflik batin antara keinginan pribadi dengan harapan orang tua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline