Lihat ke Halaman Asli

Perihal Pilu, Rindu dan Malam Kelabu

Diperbarui: 23 September 2021   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Perihal Pilu, Rindu dan Malam Kelabu.

———

Malam ini hujan turun lagi.

Deras, disertai sambaran petir yang menyala-nyala. Seolah sedang merayakan kesunyian yang ada, seolah sedang merayakan kehilangan yang entah sampai kapan harus terus dirayakan sendirian.

Kepergiannya bagaikan musibat. Tanpa ada peringatan, tanpa ada yang bisa menahan, raganya tiba-tiba saja raib ditelan oleh gelapnya langit malam.

Rindu ini semakin mencekat hingga kerongkongan. Hadirnya bagai lokawigna yang menggilas harsa oleh kenangan yang mengikat.

Senyumnya bagai neraka dunia. Manis, namun mampu membakar seluruh adorasi yang pernah ku pertahankan habis-habisan.

Perihal pilu, rindu dan malam kelabu...

Ketiganya hadir bersamaan, bersatu padu memporak-porandakan tembok kokoh yang telah ku buat dengan susah payah begitu saja.

Melupakanmu,
adalah satu dari sejuta mimpi buruk yang terpaksa harus ku buat menjadi kenyataan.

Aku menyerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline