Lihat ke Halaman Asli

Aulia Dwi Yuliana

Public health student

Sikap Remaja terhadap HIV/AIDS sebagai Penyakit yang Mematikan

Diperbarui: 28 Desember 2019   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Acquired Immunodeficiency syndrom (AIDS) merupakan  sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Penyakit ini biasa menyerang remaja yang jika diketahui bahwa seseorang tersebut mengidap penyakit HIV maka akan berujung dengan kematian karena belum ditemukannya obat untuk menyembuhkan penyakit HIV. Sehingga dapat dikatakan penyakit HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat menyebabkan seseorang meninggal dunia.

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10- 20 tahun dan belum menikah. Pada saat usia seperti inilah muncul rasa ingin tahu dan mencoba-coba sesuatu hal yang baru. Karena itulah remaja termasuk kelompok beresiko untuk penularan HIV dan AIDS.

WHO mencatat sejak HIV dan AIDS ditemukan, hingga akhir tahun 2015 terdapat 1,1 juta orang meninggal diantaranya 1 juta remaja. Hingga akhir tahun 2015, terdapat 36,7 juta orang mengidap penyakit HIV diantaranya 34,9 juta remaja, 17,8 juta perempuan usia 15 tahun ke atas. 

Pada tahun 2015 akhir tercatat sebanyak 2,1 juta orang baru terkena HIV diantaranya 1,9 juta remaja dan 150 ribu anak di bawah usia 15 tahun. Tingginya kasus HIV dan AIDS sejalan dengan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV dan AIDS. Secara nasional presentase penduduk 15 tahun keatas yang pernah mendengar HIV dan AIDS adalah sebesar 57,5% . 

Sejak awal epidemic HIV dan AIDS, hampir 78 juta orang di dunia telah terinveksi HIV dan sekitar 39 juta orang meninggal akibat HIV. Secara umum, 35 juta orang hidup dengan HIV hingga akhir tahun 2013 dan 1,5 juta orang meninggal akibat HIV pada tahun 3013. WHO memperkirakan 0,8% masyarakat diseluruh dunia usia 15-49 tahun hidup dengan HIV.

Penyakit HIV dan AIDS ini sangat berbahaya sebab pada mulanya tubuh manusia yang memiliki sel darah putih (limfosit) yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh dari serangan virus maupun bakteri kemudian dimasuki virus HIV yang dapat melemahkan bahkan mematikan sel darah putih dan memperbanyak diri sehingga sistem kekebalan tubunya melemah yang menyebabkan penyakit-penyakit lain bisa dengan mudah masuk kedalam tubuh. serta dapat menyebabkan kematian pada seseorang. Banyak faktor yang mendukung terjadinya HIV yaitu dengan  melakukan perilaku seks bebas, transfusi darah dengan si penderita, penggunaan jarum suntik bekas si penderita, pengunaan jarum tindik tato bekas si penderita, dll.

Berbagai upaya program pencegahan sudah dilakukan akan tetapi masih terdapat banyak remaja yang tidak mengetahui dan mengambil sikap pencegahan terhadap penyakit HIV, sedangkan penyakit ini merupakan penyakit yang mematikan. Kurangnya pengetahuan mengenai penyebab dan cara menularnya penyakit ini membuat remaja tidak tahu dan tidak dapat mengenali penyakit HIV. Sehingga upaya untuk menurunkan kejadian HIV dan AIDS diantara remaja membutuhkan penanganan yang lebih lanjut. 

Beberapa kegiatan untuk mengurangi HIV dan AIDS diantaranya dengan pendidikan kesehatan, pemberian materi atau sosialisasi tentang bahayannya HIV. Karena dapat diketahui bahwa pengetahuan yang baik akan mendukung sikap remaja tentang HIV dan AIDS. Hal ini dikarenakan pengetahuan sikap yang didasari oleh pengetahuan akan bersifat lebih langgeng atau lebih lama.

Pendapat ini diperkuat oleh salah satu penelitian yang berpendapat bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan tentang PMS atau Penyakit Menular Seksual dengan sikap seksual remaja. Sikap akan mempengaruhi perilaku remaja dalam kesehatan reproduksi. Selain sikap dan pengetahuan, perilaku juga dipengaruhi oleh pengalaman, sosial ekonomi, fasilitas (sarana dan jarak pelayanan kesehatan), budaya dan sebagainya. 

Perilaku berkaitan dengan pengetahuan terhadap pencegahan HIV dan AIDS, dengan meningkatnya pengetahuan tentang HIV dan AIDS maka menimbulkan perilaku/sikap terhadap pencegahan HIV  akan meningkat sehingga akan mengakibatkan tindakan pencegahan berdasarkan pengetahuan yang ia miliki.

Secara teori, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku atau tindakan seseorang (overt behavior). Apabila perubahan perilaku didasari dengan pengetahuan dan sikap yang positif, maka akan menyebabkan langgengnya perilaku (long lasting). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline