Gen Z memang unik dengan karakteristik dan sifat yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi ini dilabeli sebagai generasi yang minim batasan (boundary-less generation). Ryan Jenkins (2017) dalam artikelnya berjudul "Four Reasons Generation Z will be the Most Different Generation" menyatakan bahwa Gen Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda sehingga dapat menantang status qou.
Karakter Gen Z lebih beragam, bersifat global, serta memberikan pengaruh pada budaya dan sikap masyarakat kebanyakan. Satu hal yang menonjol, Gen Z mampu memanfaatkan perubahan teknologi dan teknologi bagian sendi kehidupan mereka.
Ada lima karakteristik utama Gen Z yang membedakannya dengan generasi sebelumnya. Pertama, media sosial, Gen Z merupakan yang menjadikan media sosial sebagai jembatan atas keterasingan, karena semua orang dapat terhubung, berkomunikasi, dan berinteraksi.
Ini berkaitan dengan karakteristik kedua, bahwa keterhubungan Gen Z dengan orang lain adalah hal yang terpenting. Ketiga, kesenjangan keterampilan bisa ada pada generasi ini. Sehingga upaya mentransfer keterampilan dari generasi sebelumnya seperti komunikasi interpersonal, budaya kerja, keterampilan teknis dan bepikir kritis.
Keempat, kemudahan Gen Z menjelajah dan terkoneksi dengan banyak orang secara virtual, menyebabkan pengalaman mereka menjelajah secara geografis, menjadi terbatas. Meskipun begitu, kemudahan mereka terhubung dengan banyak orang dari beragam belahan dunia menyebabkan Gen Z memiliki pola pikir terbuka (open minded).
Terakhir, keterbukaan generasi ini dalam menerima berbagai informasi, pandangan dan pola pikir, menyebabkan mereka mudah menerima keragaman dan perbedaan pandangan akan suatu hal. Namun, dampaknya kemudian, Gen Z menjadi sulit mendefinisikan dirinya sendiri. Identitas diri yang terbentuk sering kali berubah berdasarkan pada berbagai hal yang mempengaruhi mereka berpikir dan masalah yang dihadapi semakin kompleks.
Dalam riset yang dilakukan oleh GNFI bekerja sama lembaga survei Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI) memetakan masalah yang ada di Indonesia ada segudang masalah yang dihadapi oleh generasi muda Indoensia khususnya generasi Z.
Permasalahan utama Korupsi 19,8%; Harga kebutuhan pokok naik 14,1%; Krisis ekonomi/ekonomi belum stabil 11,6%; Lapangan Pekerjaan kurang/pengangguran 7,5%; Kebijakan pemerintah tidak pro rakyat 5,5%; Penegakkan hukum yang tidak adil/tidak transparan 5,2%: Kemiskinan 4,6%; Krisis moralitas 4,1%; Akses dan kualitas pendidikan yang rendah 4,0% Intoleransi 3,2%;
Masalah politik balas jasa/kepentingan oligarki 3,0%; Kesenjangan sosial 2,3%; Pandemi Covid-19 masih ada 2,3%; Adanya hutang negara 2,3%; Kurangnya literasi terhadap informasi yang diterima 2,2%; Polusi/Kerusakan lingkungan 1,7%;
Kondisi keuangan keluarga menurun 1,5%; Pelecehan seksual 1,2%; Kebebasan berpendapat dibatasi 1,1%; Kualitas infrastruktur rendah/banyak kecelakaan 0,6%; Kurangnya akses terhadap fasilitas Kesehatan 0,3%; Tidak tahu/Tidak menjawab 1,9%.
Sementara generasi muda menganggap bahwa hukum dan politik merupakan sektor yang perlu ditingkatkan. Hanya sebagian kecil yang optimis bahwa Indonesia bisa menerapkan system pemerintahan yang bersih, baik dan transparan di masa depan.