Lihat ke Halaman Asli

Aulia

Dosen Universitas Andalas

Goodbye Anies Baswedan, Lain Waktu Saja

Diperbarui: 30 Agustus 2024   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

akcdn.detik.net.id

Anies Baswedan telah menjadi sosok yang menonjol dalam politik Indonesia, terutama setelah masa kepemimpinannya di DKI Jakarta. Selama menjabat sebagai gubernur, Anies dikenal karena kebijakannya yang didasarkan pada kajian mendalam dan kepatuhan terhadap hukum, yang membuatnya sulit untuk dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.


Langkah-langkah tegas seperti penghentian reklamasi Teluk Jakarta menunjukkan komitmen Anies untuk melindungi kepentingan publik, meskipun menghadapi tekanan besar dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat.

Namun, kekalahan Anies dalam Pilpres 2024 dari Prabowo Subianto, yang didukung penuh oleh Presiden Jokowi, menandai titik balik dalam karier politiknya. Pasca kekalahan tersebut, tampak adanya upaya untuk menyingkirkan Anies dari panggung politik nasional. Bahkan, partai-partai yang sebelumnya mendukungnya di Pilpres, tidak ada satupun yang memberikan dukungan untuk pencalonannya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Upaya Partai Buruh untuk mengajukan Anies pun gagal karena kurangnya suara.

Dalam situasi ini, muncul harapan dari masyarakat Jakarta agar Anies tetap maju sebagai calon gubernur. Namun, kenyataan politik menunjukkan bahwa potensi dukungan sudah tidak memungkinkan. PDIP, yang sempat memberi harapan bagi Anies untuk maju di Jakarta, kemudian mengusulkan agar Anies mencalonkan diri di Jawa Barat.

Tawaran ini dianggap oleh banyak pihak, termasuk Anies sendiri, sebagai langkah yang kurang tepat, mengingat basis dukungan Anies yang kuat berada di Jakarta, bukan di Jawa Barat. Tawaran ini bahkan bisa dianggap sebagai sebuah "hiburan" yang tidak sesuai, seolah memperlakukan Anies seperti anak-anak yang diberi pilihan yang tidak diinginkan setelah pilihan utama dibatalkan.

Dalam menghadapi situasi yang penuh dengan ketidakpastian ini, keputusan Anies untuk tidak melanjutkan pencalonan di Jawa Barat tampak bijak. Menghindari potensi "prank" politik yang serupa dengan apa yang dialami Mahfud MD pada tahun 2019, ketika ia dipersiapkan untuk menjadi cawapres namun akhirnya yang dipilih adalah Ma'ruf Amin, menunjukkan kecerdasan politik Anies.

Istirahat sejenak dari dunia politik dan kembali ke dunia profesional mungkin menjadi pilihan terbaik untuk Anies saat ini. Dengan pengalaman dan reputasi internasional yang telah ia bangun, Anies memiliki peluang besar untuk memperluas pengaruhnya di kancah global, sekaligus mempersiapkan diri untuk peran yang mungkin lebih besar di masa depan.

Namun, jika kita melihat dari sisi ketokohan, pola pikir, dan kebijakan yang telah diambil oleh Anies, akan sangat merugikan rakyat Indonesia jika peran politiknya dihabisi oleh partai-partai politik. Anies dikenal karena kesederhanaannya, kebebasannya dari jerat korupsi, dan keteguhannya dalam menghadapi berbagai isu. Kepribadian dan integritasnya ini menjadikan Anies sebagai figur yang sulit dijatuhkan, meski di tengah tekanan politik yang intens.

Sangat disayangkan jika potensi besar seorang pemimpin seperti Anies diabaikan hanya karena kepentingan politik kekuasaan yang sempit. Terkesan bahwa partai-partai politik lebih mementingkan kepentingan jangka pendek daripada memanfaatkan potensi luar biasa dari seorang anak bangsa yang memiliki visi dan kemampuan untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline