Tentang Film
Film "Vina: Sebelum 7 Hari," yang diangkat dari kisah nyata pembunuhan sepasang kekasih di Cirebon tahun 2016, berhasil mengundang banyak perhatian publik. Di satu sisi, film ini menghadirkan kengerian dan misteri yang menegangkan, di sisi lain, memicu pertanyaan kritis tentang eksploitasi tragedi dan batasan genre horor.
Menggabungkan elemen horor dengan realitas pahit dan pencarian keadilan, "Vina: Sebelum 7 Hari" mampu membangkitkan rasa takut dan penasaran penonton melalui atmosfer mencekam dan alur cerita penuh teka-teki.
Penonton diajak mengikuti perjalanan arwah Vina yang berusaha mengungkap kebenaran kematiannya dalam waktu 7 hari, dengan twist yang tak terduga membuat film ini semakin menarik.
Namun, film ini juga menuai kritik karena dianggap mengeksploitasi tragedi yang menimpa Vina dan Eky.
Beberapa pihak menilai bahwa film ini terlalu fokus pada sensasi dan jump scare tanpa memberikan pendalaman karakter dan eksplorasi yang lebih mendalam terhadap isu-isu sosial yang melatarbelakangi kejadian tersebut.
Kritik ini menyebutkan bahwa tokoh-tokoh dalam film, termasuk Vina dan Eky, kurang dieksplorasi secara mendalam, sehingga membuat penonton sulit memahami motif dan perasaan mereka.
Alhasil, cerita terasa kurang menyentuh dan lebih banyak berfokus pada adegan-adegan menegangkan ketimbang membangun narasi yang kompleks dan bermakna.
Penggambaran tragedi dalam film ini juga mengangkat isu sensitif tentang kekerasan dan pelecehan seksual, menggambarkan penderitaan Vina dan Eky dengan cukup detail.
Penggunaan kisah nyata sebagai bahan cerita film kerap kali menuai kontroversi, dan salah satu kritik yang muncul adalah bahwa film ini hanya memanfaatkan tragedi untuk hiburan semata tanpa memberikan empati yang mendalam terhadap korban dan keluarga.
Genre horor memang identik dengan eksplorasi rasa takut dan ketegangan, namun dalam kasus film yang diangkat dari kisah nyata, penting untuk mempertimbangkan bagaimana tragedi direpresentasikan dan dampaknya terhadap para korban dan keluarga.