Dokter Humanis yang Tersesat
Dr. Yin, seorang dokter muda yang cemerlang dan humanis, selalu menjadi kebanggaan di rumah sakit tempatnya bekerja. Semasa kuliah, dia dikenal dengan kecerdasan dan dedikasinya yang luar biasa, bahkan berhasil menyelesaikan pendidikannya lebih cepat dari teman-temannya.
Namun, krisis ekonomi tahun 1998 melanda, menghantam semua sektor, termasuk rumah sakit tempat Dr. Yin bekerja. Di usianya yang baru 28 tahun, dia harus merasakan pahitnya PHK dan hidup tanpa pekerjaan selama 9 bulan. Uang tabungannya pun mulai menipis.
Di tengah masa sulit itu, secercah harapan muncul. Dr. Yin mendapat informasi tentang pembangunan kawasan kota baru yang lengkap dengan rumah sakit mewah di sana. Dengan penuh semangat dan dedikasi, dia melamar pekerjaan dan diterima sebagai dokter di rumah sakit tersebut.
Di tempat barunya, Dr. Yin kembali menunjukkan profesionalisme dan kepeduliannya. Dia tidak hanya memberikan pelayanan medis yang terbaik, tetapi juga membantu pasien yang kesulitan membayar biaya pengobatan.
Namun, setelah tiga tahun bekerja keras, Dr. Yin mulai merasakan kegelisahan. Dia heran mengapa posisinya di rumah sakit tidak kunjung naik, sementara beberapa dokter perempuan baru yang diterima setelahnya sudah mendapatkan promosi dan jabatan yang lebih tinggi.
Keraguan dan pertanyaan mulai muncul di benaknya. Dia mengingat beberapa kali pimpinan rumah sakit mengajaknya menghadiri pertemuan, tetapi dia selalu menolak karena merasa tidak nyaman dan membuang waktu. Di sisi lain, dia melihat dokter perempuan lain yang menghadiri acara tersebut mendapatkan promosi tak lama kemudian.
Kegelisahan Dr. Yin semakin memuncak. Dia mulai bertanya-tanya apakah ada yang tidak beres dengan dirinya. Apakah dia tidak cukup kompeten? Apakah dia tidak pandai membangun hubungan dengan atasan? Atau ada hal lain yang tidak dia ketahui?
Dr. Yin dilanda kebingungan dan dilema. Dia ingin mempertahankan idealismenya sebagai dokter yang humanis dan berdedikasi, namun dia juga ingin mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas kerja kerasnya.
Di tengah dilema ini, Dr. Yin harus memutuskan langkah selanjutnya. Haruskah dia terus bertahan di rumah sakit ini dan mencari tahu apa yang menghalangi kemajuannya? Atau haruskah dia mencari peluang lain di tempat lain?
Ambisi dan Pengkhianatan
Beberapa lama kemudian, pimpinan rumah sakit kembali mengundang Dr. Yin ke pertemuannya. Kali ini, Dr. Yin sudah siap dan penuh rasa penasaran. Dia telah mendapatkan informasi tentang apa yang akan terjadi dalam pertemuan tersebut.