Lihat ke Halaman Asli

Aulia

Dosen Universitas Andalas

Bingkisan Lebaran Terindah dari Rantau Palembang untuk Mande

Diperbarui: 2 April 2024   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.riauonline.co.id/foto/bank/images2/Kartu-lebaran.jpg

Di atas atap ruko rumah makan mamaknya, Reza duduk bersandar santai di atas sebuah bangku yang telah lama menjadi tempat favoritnya. Dari sana, pandangannya beredar melintasi langit, bebintang dan jalan raya yang sibuk hingga merambah ke pinggir sungai yang mengalir tenang di kejauhan. Bulan Ramadan telah tiba, dan suasana lebaran semakin dekat, tetapi hati Reza dipenuhi oleh kekosongan yang sulit dijelaskan.

Reza sangat merindukan kehangatan keluarganya, terutama Mande (ibu), Abak (ayah) dan adik kecilnya, Alya. Beberapa tahun yang lalu, musibah longsor di Pesisir Selatan telah merenggut mereka, meninggalkan Reza dengan rasa kehilangan yang mendalam. Meskipun rumah mereka tinggal tiga buah fondasi, ingatan akan lebaran bersama keluarga masih terukir jelas dalam pikiran Reza.

Setiap tahunnya, Reza tetap ingin mempertahankan tradisi mengirimkan kartu sebagai bingkisan lebaran kepada mereka. Meskipun sadar bahwa alamat mereka telah lenyap bersama dengan rumah mereka, namun tetap saja Reza memutuskan untuk mengirimkan kartu lebaran. Ia merasa bahwa dengan cara itu, ia bisa sedikit merasakan kehangatan dan kebersamaan dengan keluarganya, bahkan di alam lain.

Dengan hati yang penuh emosi, Reza menulis pesan-pesan singkat yang penuh rindu dan doa untuk Mande, Abak, dan terutama untuk Alya. Setelah selesai, ia membungkus kartu-kartu lebaran itu dengan rapi lalui menuliskan alamat lama mereka seolah-olah mereka masih berada di sana.

Dengan langkah yang berat, Reza pergi ke kantor pos terdekat. Di sana, ia meletakkan paket kartu lebaran itu di meja petugas pos, dengan harapan yang kecil namun tetap kuat.

Ia berdoa agar pesan-pesannya sampai ke langit, dan di sana, di tempat yang lebih baik, keluarganya bisa merasakan kehangatan dan cinta yang ia kirimkan.

Hari lebaran tiba, dan Reza duduk di atas bangku santai di atap ruko rumah makan mamaknya. Meskipun kartu lebarannya tidak pernah sampai, ia merasa seperti telah berbicara langsung dengan keluarganya di surga.

Setiap perayaan lebaran, Reza akan mengirimkan kartu lebaran yang sama, sebagai penghormatan untuk kenangan dan kasih sayang yang tak akan pernah pudar.

*****

Pada tahun ketiga telah berlalu, tukang pos yang bertugas di daerah tersebut terkejut ketika melihat alamat yang tertera pada kartu lebaran yang harus dia antar. Alamat itu adalah pinggiran sungai yang menyisakan beberapa fondasi rumah kayu. Dia heran Kenapa kartu ini tetap datang tiap menjelang lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline