Lihat ke Halaman Asli

Aulia

Dosen Universitas Andalas

Akankah Mahasiswa Mendukung Protes Guru Besar atau Punya Agenda Sendiri

Diperbarui: 9 Februari 2024   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Protes dan Demonstrasi Mahasiswa 

Dalam beberapa hari terakhir, gelombang protes dan kritik terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin membesar dan meluas. Protes dan kritik ini datang dari kalangan akademisi, terutama para guru besar, dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka menilai bahwa Jokowi telah melanggar prinsip-prinsip demokrasi, netralitas, dan moralitas dengan cawe-cawe atau ikut campur dalam proses pemilihan presiden 2024.

 Protes dan kritik ini juga didukung oleh sejumlah mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mereka menuntut Jokowi untuk netral dan tidak memihak memenangkan salah satu pasangan calon, menghentikan cawe-cawe atau ikut campur dalam proses pemilihan presiden, menghormati prinsip-prinsip demokrasi, netralitas, dan moralitas, serta mengambil langkah-langkah tegas terhadap pelanggaran etik dan hukum yang terjadi di masa pemerintahannya.

Pertanyaannya adalah, akankah mahasiswa mendukung sepenuhnya gerakan dan suara guru besar atau mahasiswa punya agenda sendiri? Bagaimana sikap pendukung Jokowi melakukan counter attack? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat beberapa aspek, yaitu:Kesamaan dan perbedaan antara gerakan dan suara guru besar dengan gerakan dan suara mahasiswa. Berikutnya adalah keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa jika mendukung atau tidak mendukung gerakan dan suara guru besar. Dan yang terakhir adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh pendukung Jokowi untuk melakukan counter attack terhadap gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa.

Kesamaan dan Perbedaan antara Gerakan dan Suara Guru Besar dengan Gerakan dan Suara Mahasiswa

 Gerakan dan suara guru besar dengan gerakan dan suara mahasiswa memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan. Beberapa kesamaan antara keduanya adalah sebagai berikut:

 - Keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menuntut Jokowi untuk netral dan tidak memihak memenangkan salah satu pasangan calon, menghentikan cawe-cawe atau ikut campur dalam proses pemilihan presiden, menghormati prinsip-prinsip demokrasi, netralitas, dan moralitas, serta mengambil langkah-langkah tegas terhadap pelanggaran etik dan hukum yang terjadi di masa pemerintahannya.

- Keduanya memiliki motivasi yang sama, yaitu rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap nasib bangsa dan negara, serta rasa kritis, waspada, dan siap siaga terhadap potensi krisis dan konflik yang bisa terjadi jika Jokowi tidak segera mengubah sikap dan kebijakannya.

- Keduanya memiliki cara yang sama, yaitu menyampaikan pendapat, gagasan, dan saran yang berdasarkan fakta, data, dan argumen yang ilmiah dan akademis, serta melakukan aksi-aksi protes yang damai, santun, dan konstitusional.

Beberapa perbedaan antara keduanya adalah sebagai berikut:

  •  Gerakan dan suara guru besar memiliki kredibilitas dan otoritas yang lebih tinggi daripada gerakan dan suara mahasiswa, karena guru besar adalah gelar akademik tertinggi yang diberikan kepada dosen yang telah memenuhi syarat-syarat akademik, penelitian, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat, serta memiliki keahlian, pengalaman, dan prestasi di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  • Gerakan dan suara mahasiswa memiliki dinamika dan kreativitas yang lebih tinggi daripada gerakan dan suara guru besar, karena mahasiswa adalah generasi muda yang memiliki semangat, energi, dan inovasi dalam menghadapi berbagai isu dan fenomena yang terjadi di masyarakat, serta memiliki keterampilan, metode, dan teknik yang beragam dan fleksibel dalam menyampaikan pendapat, gagasan, dan saran yang konstruktif dan solutif.
  • Gerakan dan suara guru besar memiliki dampak dan respon yang lebih signifikan dan kontroversial daripada gerakan dan suara mahasiswa, karena guru besar adalah orang-orang yang memiliki pengaruh, daya tarik, dan kharisma yang besar di masyarakat, serta memiliki jaringan, relasi, dan kolaborasi yang luas dan dinamis di masyarakat, sehingga dapat menarik perhatian, simpati, dan dukungan dari berbagai pihak, tetapi juga dapat menimbulkan lawan, musuh, dan saingan yang kuat dan tangguh di masyarakat.

Keuntungan dan Kerugian bagi Mahasiswa jika Mendukung atau Tidak Mendukung Gerakan dan Suara Guru Besar

Mahasiswa memiliki pilihan untuk mendukung atau tidak mendukung gerakan dan suara guru besar. Pilihan ini memiliki keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa. Beberapa keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa jika mendukung atau tidak mendukung gerakan dan suara guru besar adalah sebagai berikut:

  • Jika mahasiswa mendukung gerakan dan suara guru besar, maka keuntungan bagi mahasiswa adalah: 1) dapat belajar, berdiskusi, dan berpendapat dengan rasional dan argumentatif bersama dengan para guru besar yang merupakan panutan, inspirasi, dan sumber rujukan bagi mahasiswa; 2) dapat menunjukkan rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap nasib bangsa dan negara, serta rasa kritis, waspada, dan siap siaga terhadap potensi krisis dan konflik yang bisa terjadi jika Jokowi tidak segera mengubah sikap dan kebijakannya; 3) dapat meningkatkan kredibilitas dan otoritas mahasiswa sebagai kaum intelek yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan analisis yang mendalam dan komprehensif terhadap berbagai isu dan fenomena yang terjadi di masyarakat. Namun, kerugian bagi mahasiswa adalah: 1) dapat mengalami tantangan, hambatan, dan kesulitan yang berat dan kompleks dalam menyampaikan pendapat, gagasan, dan saran yang konstruktif dan solutif, karena harus bersaing dan berhadapan dengan para guru besar yang memiliki keahlian, pengalaman, dan prestasi yang lebih tinggi daripada mahasiswa; 2) dapat menghadapi ancaman, intimidasi, dan represi dari pihak-pihak yang mendukung Jokowi dan Prabowo-Gibran, karena dianggap sebagai partisan atau memihak kepada salah satu kepentingan politik tertentu; 3) dapat mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan studi dan mengembangkan karir, karena terlibat dalam gerakan dan suara guru besar yang membutuhkan komitmen, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi.
  • Jika mahasiswa tidak mendukung gerakan dan suara guru besar, maka keuntungan bagi mahasiswa adalah: 1) dapat menghindari tantangan, hambatan, dan kesulitan yang berat dan kompleks dalam menyampaikan pendapat, gagasan, dan saran yang konstruktif dan solutif, karena tidak perlu bersaing dan berhadapan dengan para guru besar yang memiliki keahlian, pengalaman, dan prestasi yang lebih tinggi daripada mahasiswa; 2) dapat menghindari ancaman, intimidasi, dan represi dari pihak-pihak yang mendukung Jokowi dan Prabowo-Gibran, karena dianggap sebagai netral atau tidak memihak kepada salah satu kepentingan politik tertentu; 3) dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan studi dan mengembangkan karir, karena tidak terlibat dalam gerakan dan suara guru besar yang membutuhkan komitmen, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi. Namun, kerugian bagi mahasiswa adalah: 1) dapat kehilangan kesempatan untuk belajar, berdiskusi, dan berpendapat dengan rasional dan argumentatif bersama dengan para guru besar yang merupakan panutan, inspirasi, dan sumber rujukan bagi mahasiswa; 2) dapat kehilangan rasa cinta, peduli, dan tanggung jawab terhadap nasib bangsa dan negara, serta rasa kritis, waspada, dan siap siaga terhadap potensi krisis dan konflik yang bisa terjadi jika Jokowi tidak segera mengubah sikap dan kebijakannya; 3) dapat menurunkan dinamika dan kreativitas mahasiswa sebagai generasi muda yang memiliki semangat, energi, dan inovasi dalam menghadapi berbagai isu dan fenomena yang terjadi di masyarakat, serta keterampilan, metode, dan teknik yang beragam dan fleksibel dalam menyampaikan pendapat, gagasan, dan saran yang konstruktif dan solutif.

Strategi dan Taktik yang Digunakan oleh Pendukung Jokowi untuk Melakukan Counter Attack terhadap Gerakan dan Suara Guru Besar dan Mahasiswa

Pendukung Jokowi tidak tinggal diam menghadapi gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa yang mengkritik sikap dan kebijakan Jokowi dalam menyikapi Pemilu 2024. Mereka melakukan berbagai strategi dan taktik untuk melakukan counter attack terhadap gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa. Beberapa strategi dan taktik yang digunakan oleh pendukung Jokowi adalah sebagai berikut:

  • Membalas kritik dengan kritik. Pendukung Jokowi mencoba menyerang balik gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa dengan mengkritik kredibilitas, otoritas, dan motivasi mereka. Mereka menuding bahwa gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa memiliki motif politik dan elektoral, serta mencoba menggoyahkan legitimasi pemerintahan Jokowi. Mereka juga menilai bahwa gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa tidak representatif dan tidak berdasarkan fakta. Mereka menggunakan ungkapan seperti "kampus partisan", "akademisi abal-abal", "mahasiswa provokator", dan sebagainya untuk mendiskreditkan dan mengejek gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa .
  • Membela sikap dan kebijakan Jokowi. Pendukung Jokowi mencoba membela sikap dan kebijakan Jokowi dalam menyikapi Pemilu 2024 dengan mengklaim bahwa Jokowi telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai presiden dengan baik dan benar. Mereka mengatakan bahwa Jokowi telah memimpin bangsa dan negara dengan visi, misi, dan cita-cita yang jelas dan konkret. Mereka juga mengatakan bahwa Jokowi telah memberikan kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan kepada rakyat dengan berbagai program dan kebijakan yang pro-rakyat. Mereka menggunakan data, statistik, dan testimoni untuk membuktikan dan memuji prestasi dan kinerja Jokowi .
  • Menyebarkan propaganda dan hoaks. Pendukung Jokowi mencoba menyebarkan propaganda dan hoaks untuk mempengaruhi opini publik, media massa, dan pihak-pihak terkait agar mendukung Jokowi dan menolak gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa. Mereka menggunakan berbagai media sosial, situs web, dan aplikasi untuk menyebarkan informasi yang tidak benar, tidak akurat, atau tidak lengkap tentang Jokowi, gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa, dan Pemilu 2024. Mereka juga menggunakan berbagai cara untuk memanipulasi, menyesatkan, atau menakut-nakuti masyarakat agar percaya dan setuju dengan propaganda dan hoaks mereka .

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memiliki pilihan untuk mendukung atau tidak mendukung gerakan dan suara guru besar dalam menyuarakan ketidakadilan dan cawe-cawe Jokowi. Pilihan ini memiliki keuntungan dan kerugian bagi mahasiswa. Mahasiswa juga harus menghadapi berbagai strategi dan taktik yang digunakan oleh pendukung Jokowi untuk melakukan counter attack terhadap gerakan dan suara guru besar dan mahasiswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline