Lihat ke Halaman Asli

Aulia

Dosen Universitas Andalas

Orang Minang Memilih Capres 2024, Anies vs Prabowo

Diperbarui: 2 Februari 2024   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2022/05/10/prabowo-subianto-vs-anies-baswedan-dok-detikcom_169.jpeg?w=700&q=90

Tradisi dan Tantangan

Masyarakat Minang memiliki cara unik dalam menentukan pemimpin, yang terwujud melalui tiga kriteria utama: tokoh, takah, dan tageh. Tiap-tiap kriteria ini memiliki peran penting dalam menentukan siapa yang pantas menjadi pemimpin. Mari kita telaah lebih lanjut mengenai masing-masing kriteria:

Tokoh: Tokoh merujuk pada figur yang memiliki pengaruh dan dihormati dalam masyarakat. Mereka biasanya berasal dari garis keturunan bangsawan atau ulama yang terhormat. Selain itu, mereka juga harus memahami secara mendalam tentang adat dan budaya Minangkabau serta memiliki kemampuan berbicara yang baik untuk menyatukan masyarakat.

Takah: Takah mencerminkan kemampuan kepemimpinan yang baik. Seorang pemimpin yang layak haruslah kompeten dan memiliki pengalaman dalam bidang pemerintahan atau bidang lain yang relevan. Mereka juga harus mampu membuat keputusan yang tepat dan adil, serta memiliki visi dan misi yang jelas untuk kemajuan masyarakat.

Tageh: Tageh mengacu pada kekuatan dan keteguhan pendirian. Seorang pemimpin yang dipilih harus memiliki komitmen dan integritas yang tinggi, tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan pribadi atau golongan, dan berani memperjuangkan kebenaran serta keadilan.

Selain dari ketiga kriteria utama tersebut, masyarakat Minang juga mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kharisma dan kepribadian, kemampuan berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan masyarakat, riwayat hidup dan rekam jejak, serta keterampilan dan pengetahuan.

Proses Pemilihan

Proses pemilihan pemimpin di Minangkabau umumnya dilakukan melalui musyawarah mufakat, di mana para pemuka adat dan tokoh masyarakat berkumpul untuk berdiskusi dan mencari kesepakatan bersama. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili aspirasi dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Contoh penerapan kriteria tersebut terlihat jelas dalam pemilihan pemimpin di Minangkabau. Seorang calon pemimpin yang memiliki garis keturunan dari ulama terkemuka di daerah akan lebih dihormati dan dipercaya oleh masyarakat. Demikian juga, seorang calon pemimpin yang telah membuktikan diri dalam memimpin organisasi masyarakat atau berani melawan ketidakadilan dan korupsi akan mendapat dukungan yang kuat dari masyarakat.

Tidak Terikat Dengan Sosok

Meskipun memiliki tradisi yang kokoh dalam menentukan pemimpin, budaya orang Minang juga dikenal dengan kritiknya yang tajam dan sikap tidak mudah terikat pada satu pemimpin tertentu. Masyarakat Minang menyadari bahwa penilaian terhadap kinerja pemimpin mereka adalah proses yang berkelanjutan, dan tindakan serta perkataan pemimpin akan senantiasa menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan apakah mereka akan tetap mendukungnya di masa yang akan datang.

Terdapat beberapa alasan mengapa masyarakat Minang tidak mudah terikat pada satu pemimpin, antara lain:

Budaya Demokrasi: Masyarakat Minang memiliki tradisi musyawarah mufakat yang kuat, yang mendorong penghindaran terhadap pemimpin yang otoriter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline