Lihat ke Halaman Asli

Aulia

Dosen Universitas Andalas

Politik Malin Kundang dan Malin Kundang Politik

Diperbarui: 21 Januari 2024   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pengantar 

Malin Kundang adalah salah satu cerita rakyat yang paling terkenal di Indonesia. Cerita ini berasal dari provinsi Sumatera Barat, dan mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya, dan karena itu dikutuk menjadi batu. Cerita ini mengandung pesan moral tentang kewajiban anak untuk menghormati, menghargai, dan berbakti kepada orang tua.

Namun, cerita Malin Kundang tidak hanya menjadi bagian dari budaya dan sastra Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari politik dan aktualitas Indonesia. Istilah "Malin Kundang" dan "Malin Kundang politik" sering digunakan sebagai analogi atau metafora untuk menyampaikan pandangan atau pendapat tentang isu-isu politik yang sedang terjadi di Indonesia.

Apa sebenarnya makna dan implikasi dari istilah-istilah tersebut? Siapa saja yang bisa disebut sebagai Malin Kundang atau Malin Kundang politik? Bagaimana dampak dan konsekuensi dari penggunaan istilah-istilah tersebut? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengambil contoh beberapa kasus politik yang terkait dengan istilah-istilah tersebut.

 Malin Kundang: Anak Durhaka yang Lupa Asal Usul

Sebelum kita membahas tentang politik Malin Kundang, mari kita mengingat kembali ringkasan cerita Malin Kundang. Berikut ini adalah ringkasan cerita Malin Kundang:

Malin Kundang adalah anak semata wayang yang tinggal bersama ibunya di sebuah dusun nelayan. Mereka hidup serba kekurangan. Saat remaja, ia memutuskan untuk merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Malin Kundang diserang oleh bajak laut. Malin Kundang bersembunyi sehingga nyawanya selamat. Setelah terkatung-katung di laut, akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat, dan memulai kehidupan yang baru di sana. Berkat kegigihannya dalam bekerja, ia berhasil menjadi saudagar yang memiliki banyak kapal dagang beserta anak buah. Setelah menjadi kaya, Malin Kundang pun menikah dengan putri raja yang cantik jelita.

Suatu ketika, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran, dan berlabuh di tanah kelahirannya. Ibu Malin menyaksikan kedatangannya. Sang ibu melihat bahwa saudagar di kapal sangat mirip dengan Malin Kundang. Ia mendekati kapal untuk memastikan ciri-ciri anaknya, dan semakin yakin setelah semuanya cocok, lalu ia berusaha untuk berbicara dengan Malin Kundang. Tetapi, Malin Kundang menjadi marah meskipun dia mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu akan penampilan ibunya yang lusuh dan kotor. Mendapat perlakuan seperti itu, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia pun menyumpah anaknya, "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".

Saat Malin Kundang kembali pergi berlayar, badai dahsyat menghancurkan kapalnya. Lalu ia terdampar di pantai tanah kelahirannya. Setelah itu, tubuhnya perlahan menjadi kaku, dan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.

Dari ringkasan cerita tersebut, kita bisa menarik beberapa poin penting yang berkaitan dengan istilah Malin Kundang, yaitu:

  • Malin Kundang adalah seorang anak yang tidak menghargai jasa dan kasih sayang ibunya, yang telah membesarkannya dengan susah payah.
  • Malin Kundang adalah seorang anak yang tidak menghormati adat dan budaya tanah kelahirannya, yang mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua.
  • Malin Kundang adalah seorang anak yang tidak bersyukur atas nikmat dan rezeki yang diberikan Tuhan, yang membuatnya menjadi kaya dan beruntung.
  • Malin Kundang adalah seorang anak yang sombong, angkuh, dan durhaka.

Dengan demikian, kita bisa mengartikan istilah Malin Kundang sebagai seseorang yang memiliki sifat-sifat seperti di atas, yaitu tidak menghargai, tidak menghormati, tidak bersyukur, dan sombong terhadap orang-orang yang telah berjasa atau berpengaruh dalam hidupnya. Istilah ini biasanya digunakan untuk mengecam atau mengkritik seseorang yang dianggap telah melupakan asal usulnya, dan berubah sikap setelah mendapatkan kekuasaan, kekayaan, atau kesuksesan.

Politik Malin Kundang: Pengkhianatan dan Perpisahan

Setelah kita memahami makna istilah Malin Kundang, mari kita melihat bagaimana istilah ini digunakan dalam konteks politik. Dalam politik, istilah Malin Kundang sering digunakan untuk menyebut seseorang yang dianggap telah berkhianat atau berpisah dengan partai, organisasi, atau tokoh politik yang telah membantunya atau mendukungnya dalam perjalanan kariernya. Istilah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan rasa kecewa, marah, atau sakit hati terhadap seseorang yang dianggap telah melupakan jasa atau kebaikan yang telah diberikan kepadanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline