pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan di era digital
Konsumsi keberlanjutan adalah pola konsumsi barang dan jasa yang tidak akan memberikan dampak jelek kepada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pada tahun 2003 DEFRA menerangkan bahwa:
Sustainable consumption is rising up the environmental policy menu, as a strategy to achieve more sustainable development which requires widespread changes in behaviour at all levels of society to reduce the environmental impacts of consumption (Gill Seyfang, 2007: 120).
Konsumsi berkelanjutan merupakan output dari suatu proses diambilnya keputusan dari masyarakat sebagai tanggung jawab kepada lingkungan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan. Peneraapan konsumsi berkelanjutan bisa diartikan menjadi seorang konsumen yang berakhlak, yaitu merasa bertanggung jawab terhadap permasalahan sosial dan lingkungan di sekitaran, lawanlah masalah ini dengan cara sendiri.
Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan bisa juga disebut dengan melakukan hal yang lebih banyak kuantitasnya dan lebih baik kualitasnya dengan lebih sedikit bahan. Hal ini juga tentang menumbuhkan pertumbuhan ekonomi dari kerusakan lingkungan, meningkatkan manfaat sumber daya, dan menjunjung gaya hidup berkelanjutan.
Di masa kini ,kita mengonsumsi lebih banyak sumber daya daripada sebelumnya, jauh diatas batas maksimum kapasitas planet guna menghasilkan sumber daya . Selain itu, limbah & polusi terus meningkat, dan kesenjangan sosial semakin terlihat. Kesehatan, pendidikan, pemerataan, dan pemberdayaan terkena dampak yang negatif. Yang paling penting adalah konsumsi dan produksi berkelanjutan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap kemiskinan dan proses menuju ekonomi yang bebas karbon dan hijau. Untuk melakukan ini, konsumsi dan produksi yang berkelanjutan membutuhkan kerja sama antara berbagai kepentingan serta pemerintahan di semua daerah.
Pola konsumsi dan produksi berkelanjutan bisa diartikan sebagai pendekatan yang penting untuk menghadapi tantangan lingkungan dan tantangan sosial di era digital sekarang ini. Simposium Oslo tahun 1994 menyatakan bahwasanya pola ini merujuk pada penggunaan produk dan jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok sambil meminimalisir dampak negatif kepada lingkungan, contohnya seperti menggunakan sumber daya alam secara berlebih dan emisi polutan .
Pada era digital ini, teknologi mengambil peran yang signifikan dalam mendukung pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Contohnya, jika menggunakan teknologi pembersih dapat meningkatkan keefisiensian penggunaan sumber daya dan meminimalisir adanya limbah .
Selain itu, pada era digitalisasi ini memungkinkan menyebarnya informasi tentang produk ramah lingkungan kepada Masyarakat dengan cepat, sehingga mereka dapat memilih pilihan yang lebih bertanggung jawab dan efisien . Inovasi dalam produksi juga tidak kalah penting. Bisnis diminta untuk menggunakan kekuatan inovatif dan kreatif mereka dalam menciptakan solusi yang mendukung keberlanjutan, contohnya bisa seperti mengembangkan produk yang lebih efisien dan tentunya juga ramah lingkungan .
Dengan adanya kesadaran akan dampak yang terjadi pada lingkungan, masyarakat kini lebih condong memilih produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan mereka tetapi juga berperan pada keberlanjutan. Tantangan dan Peluang: Meskipun ada banyak peluang, tantangan tetap ada, seperti kebutuhan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat yang seringkali tidak berkelanjutan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, dalam upaya untuk mengubah pola konsumsi dan produksi
Pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan di era digital tidak hanya berfokus pada efisiensi dan inovasi, tetapi juga pada kesadaran sosial dan lingkungan yang lebih besar. Selain menandakan adanya peluang yang besar di era digital, seperti Upaya peningkatan efisiensi penggunaan dan akses ke pasar, ada pula tantangan tantangan yang dihadapi, seperti kesulitan akses internet dan kemungkinan kehilangan pekerjaan. Adapun juga dampak positif, seperti inovasi dan perkembangan ekonomi, serta dampak negatif, seperti kesenjangan digital dan distribusi pendapatan. Untuk memastikan dampak digitalisasi yang adil dan berkelanjutan dalam jangka panjang, pentingnya regulasi yang berimbang, perlindungan konsumen, dan keamanan data ditekankan.