Lihat ke Halaman Asli

Polemik Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing, Mana yang Lebih Penting?

Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jakarta - Berkembangnya teknologi, sangat memudahkan kita untuk mengeksplorasi dunia melalui internet. Begitu pula dalam mengeksplorasi bahasa sebuah negara. Hanya melalui gawai yang kita miliki, kita bisa dengan mudah belajar bahasa asing. Tidak hanya itu, sudah banyak ditemui aplikasi-aplikasi yang mendukung pembelajaran bahasa asing. Melalui penguasaan bahasa asing, kita akan lebih mudah mengenal dunia luar yang mungkin tidak bisa kita jangkau melalui luar jaringan. 

Dewasa ini, penggunaan bahasa asing sudah sangat menjamur di kalangan Gen Z. Meleknya terhadap bahasa asing, sering kali membuat para Gen Z memandang Bahasa Indonesia sebelah mata. Tidak hanya para Gen Z, para orang tua juga merasa anaknya akan lebih "keren" apabila lebih fasih berbahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Hal ini dapat dilihat di kalangan-kalangan orang tua muda zaman sekarang. Banyak dari mereka yang lebih memilih menyekolahkan anaknya ke International School yang bahasa pengajarannya menggunakan bahasa Inggris.  Oleh sebab itu, banyak ditemui anak-anak yang kebingungan bahkan kesulitan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, tetapi apabila dengan bahasa asing mereka akan sangat mudah berkomunikasi, padahal banyak para turis yang tertarik dan berbondong-bondong belajar bahasa Indonesia. Hal ini menjadi sebuah ironi, saat generasi masa depan bangsa tidak menguasai bahasa nasionalnya dan lebih memilih bahasa asing. Lalu manakah yang lebih penting, menguasai bahasa Indonesia atau bahasa asing?

Merujuk pada aforisme Badan Bahasa, yaitu "Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing", dapat kita ketahui bahwa kedudukan bahasa asing berada lebih rendah dari bahasa Indonesia, yang notabene adalah bahasa persatuan dan bahasa nasional. Melihat hal ini, semestinya kita sebagai warga negara lebih mengutamakan dan menguasai bahasa Indonesia dibanding bahasa asing di kehidupan sehari-hari. Namun adanya pola hidup eropa sentris di kalangan masyarakat, khususnya Gen Z membuat mereka lebih memilih menggunakan bahasa asing. Selain itu adanya anggapan dan stigma katrok terhadap bahasa Indonesia semakin menjadikan para Gen Z enggan menggunakan bahasa Indonesia, bahkan belum lama ini salah satu influencers beranggapan bahwa bahasa Indonesia miskin kosakata. Opini tersebut lumayan menyulut emosi beberapa pegiat bahasa Indonesia. 

Padahal faktanya, kosakata dalam bahasa Indonesia lebih bervariasi dibanding dengan kosakata bahasa asing. Sebagai contohnya kata "cantik" dalam bahasa Indonesia sangatlah beragam, dari kata "ayu" hingga kata "primadona". Masih sangat banyak kosakata bahasa Indonesia yang juga mempunyai beragam sinonim. Kendati demikian, tidak sedikit pula Gen Z yang setuju dengan ungkapan salah satu influencers tersebut. Hal ini dikarenakan para Gen Z yang kurang mengenal dan menguasai bahasa Indonesia.  Mengulang aforisme Badan Bahasa, "Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, Kuasai Bahasa Asing", sebagai generasi penerus bangsa, mari lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia dan mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia. Menggunakan bahasa Indonesia tidak membuat kita ketinggalan zaman dan katrok. Melainkan dengan kita menggunakan bahasa Indonesia, dapat mengenalkan Indonesia ke dunia internasional.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline