Judul Buku: Pada Saat Merenung Hal-hal yang Kuno / Ikan Adalah Pertapa
Penerjemah: Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Kota : Jakarta
Tahun Terbit: 2023
Tebal: xxii + 292 halaman
Ko Hyeong Ryeol merupakan sosok penyair berkebangsaan Korea kelahiran 8 November 1954. Beliau memulai debutnya di dunia kesusastraan Korea pada tahun 1979. Kala itu beliau menerbitkan karya perdananya dalam bentuk puisi berjudul "Chuang Tzu" () yang dimuat dalam majalah sastra Hyundaemoonhak. Selepas itu ia menerbitkan karya pertama dalam bentuk bunga rampai pada tahun 1985 yang diberi judul "Perkebunan Semangka Puncak Daechong". Ko Hyeong Ryeol menuai berbagai macam penghargaan kesusastraan antara lain Jihun Literature Award (2003), Ilyeon Literature Award (2006), Baekseok Literature Prize (2006), Republic of Korea Culture and Art Award (2006), dan Contemporary Literature Award (2009). Penghargaan itu didapatkan bukan tanpa alasan yakni karena karyanya disebut-sebut selalu mengeksplorasi gaya puitis yang terkesan unik. Beliau juga pandai menggambarkan kehidupan melalui dunia emosi dengan menggunakan bahasa yang berani.
Semua sajak-sajak karya Ko Hyeong Ryeol ini merupakan puisi dwibahasa yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Korea. Namun kita sebagai masyarakat Indonesia dapat menikmati keseluruhan isi dari sajak-sajaknya, karena telah tersedia terjemahan dari salah satu buku yang berjudul "Pada Saat Merenung Hal-hal yang Kuno" dengan judul Bahasa Indonesia "Ikan Adalah Pertapa". Buku ini diterjemahkan oleh dua orang yang berlatar kebangsaan yang berbeda yakni Kim Young Soo (Korea) dan Nenden Lilis Aisyah (Indonesia). Buku ini memiliki keunikan sendiri dibandingkan buku terjemahan lainnya. Seperti pada karya terjemahan Choi Jun "Orang Suci Pohon Kelapa" yang lebih menonjolkan kenangan, kekaguman, keprihatinan, dan ketertarikan Choi Jun terhadap hal-hal yang ada di Indonesia. Sedangkan Ko Hyeong Ryeol pada buku ini lebih menggambarkan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil melalui sudut pandang Korea Selatan. Secara lebih jelas perbedaannya terletak pada sudut pandang internal dan eksternal. Di mana Choi Jun menempatkan diri sebagai orang Korea yang memberikan pandangannya terhadap Indonesia. Sedangkan Ko Hyeong Ryeol memosisikan diri sebagai orang Korea yang memberikan pandangan terhadap hiruk pikuk kejadian pada negaranya sendiri.
Secara keseluruhan tema-tema yang ada dalam buku ini didominasi oleh sajak-sajak yang bertemakan kehidupan. Mengapa? karena di dalamnya terkandung makna filosofi mengenai kehidupan. Buku ini berisi pengalaman, kenangan, pandangan, serta perasaan yang beliau telah temukan seiring perjalanan kehidupannya berlangsung. Berbagai perjalanan kehidupan turut hadir dalam sajak-sajaknya baik itu pengalaman senang, bahagia, sedih, hingga terpuruk. Semua itu beliau kemas melalui objek-objek kecil sebagai sarana penyampaian maksudnya yang tersusun dalam sebuah bunga rampai yang indah. Kehidupan ini tak pernah lepas dari namanya sejarah, agama, politik, dan masalah sosial sehingga tak heran dalam kumpulan sajak-sajak pada buku ini selalu berotasi pada topik-topik demikian.
Pandangan Ko Hyeong Ryeol terkait kehidupan dapat terlihat pada kutipan berikut: Bertahun-tahun, demikian lama/Memberikan banyak awan, hujan, dan sinar matahari/Tapi tak mendapat ucapan terima kasih /Semua orang berdalih itu adalah masalah lingkungan bumi, dan iklim/Tanpa menyajikan air semangkuk pun ("Kesewenang-Wenangan Kepada Sang Surya ", Ryeol, hlm. 170).