Lihat ke Halaman Asli

Aula Nur Muntakhibah

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga 22107030111

Mental Baja Anak Broken Home

Diperbarui: 19 Mei 2023   23:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 sumber gambar: Detik.com

Rumah tangga yang harmonis dan stabil adalah lingkungan yang ideal bagi perkembangan sehat seorang anak. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua anak memiliki keberuntungan untuk tumbuh dalam lingkungan seperti itu. Salah satu situasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental anak adalah ketika mereka mengalami broken home atau orang tua yang bercerai.

Broken home merujuk pada situasi di mana orang tua anak telah bercerai atau berpisah secara permanen. Perpisahan ini dapat mengakibatkan dampak yang signifikan pada perkembangan anak, termasuk kesehatan mental mereka. Anak-anak dalam kondisi ini seringkali menghadapi tantangan emosional, psikologis, dan sosial yang kompleks.

Salah satu dampak yang umum terjadi pada anak dari broken home adalah perasaan kehilangan dan ketidakamanan. Mereka mungkin merasa kehilangan stabilitas dan kehangatan keluarga yang biasanya mereka rasakan. Perubahan dalam struktur keluarga mereka, seperti tinggal dengan salah satu orang tua atau mengalami pergantian antara kedua orang tua, dapat menciptakan kebingungan dan kecemasan yang besar pada anak. Ini bisa mempengaruhi keyakinan anak dalam membangun hubungan, merasa aman, dan mengembangkan kepercayaan diri.

Selain itu, anak-anak dari broken home sering mengalami perasaan bersalah. Mereka mungkin berpikir bahwa perceraian orang tua mereka adalah salah mereka, meskipun sebenarnya tidak ada kaitannya. Perasaan bersalah ini bisa mengganggu perkembangan emosional dan menghambat kemampuan anak untuk menjalin hubungan sosial yang sehat.

Ketidakstabilan keuangan juga dapat menjadi dampak serius dari broken home. Pada beberapa kasus, perpisahan orang tua dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi bagi anak dan orang tua yang merawat mereka. Kondisi keuangan yang buruk dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak, seperti akses terhadap pendidikan yang berkualitas, pangan yang cukup, dan kebutuhan lainnya. Hal ini dapat meningkatkan tingkat stres dan kecemasan pada anak, serta memengaruhi konsentrasi dan kinerja akademik mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun anak-anak dari broken home menghadapi tantangan yang signifikan, mereka juga memiliki potensi untuk berkembang secara positif. Dukungan yang tepat dari keluarga, teman, dan profesional seperti psikolog atau konselor dapat membantu anak menghadapi situasi ini dengan lebih baik.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mendukung perkembangan mental anak dari broken home:

1. Komunikasi Terbuka: Penting bagi orang tua untuk berkomunikasi secara terbuka dengan anak mereka tentang situasi yang sedang terjadi. Anak perlu merasa didengar dan dipahami, dan memiliki kesempatan untuk bertanya atau mengungkapkan perasaan mereka.

2. Menciptakan Rutinitas: Menjaga rutinitas harian yang konsisten dapat memberikan anak perasaan stabilitas dan kontrol dalam kehidupan mereka. Rutinitas ini meliputi waktu tidur yang teratur, kegiatan sekolah, makan, dan waktu luang.

3. Memberikan Dukungan Emosional: Anak perlu merasa didukung secara emosional oleh kedua orang tua, bahkan jika mereka hidup terpisah. Mereka harus tahu bahwa mereka tetap dicintai dan dihargai oleh kedua orang tua mereka.

4. Mencari Bantuan Profesional: Jika diperlukan, mencari bantuan dari profesional seperti psikolog atau konselor dapat memberikan panduan yang diperlukan bagi anak dan orang tua untuk menghadapi tantangan ini. Terapi keluarga juga dapat membantu dalam membangun hubungan yang sehat antara anak dan orang tua mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline