Film "Surat Dari Praha" ialah salah satu film yang dipublikasikan pada tahun 2016 dengan genre drama romance yang mengangkat tema besar mengenai perjuangan dan keikhlasan. Film tersebut membawakan cerita yang berbeda dengan film bergenre romance pada umumnya, yakni menghadirkan kisah dari orang yang pernah menjadi imbas dari sejarah Orde Baru. Terinspirasi dari kisah kehidupan para pelajar Indonesia di Praha yang tak dapat kembali ke Indonesia akibat dari perubahan situasi politik tahun 1965.
Surat dari Praha mengisahkan sebuah perjuangan Larasati yang berusaha menyerahkan kotak surat kepada seseorang bernama Jaya yang berada di Praha sebagai syarat untuk mendapatkan warisan ibunya, tetapi ia mendapatkan penolakan dari seorang Mahasiswa Ikatan Dinas tahun 1965 tersebut yang merupakan kekasih ibunya dahulu. Jaya berada di Praha, Ceko, karena ia bagian dari Mahasiswa Ikatan Dinas (Mahid) yang tetap tinggal dan berjuang di Praha karena berbagai alasan dan adanya perbedaan pendapat dengan Orde Baru (melakukan penolakan), dan sebagian besar dari mereka adalah pendukung Soekarno. Ketika itu ia bimbang dengan dua pilihan, yakni pulang dengan konsekuensi menjadi tahanan politik kelompok C karena dianggap komunis dan pendukung Soekarno, atau menetap di Ceko menuntaskan studinya.
Pandangan Jaya baru terbuka sesudah mengerti kepemimpinan Soeharto banyak perlakuan tidak adil. Keputusan untuk tinggal di Praha semakin kukuh. Ia memutuskan tidak kembali ke rumah demi mempertahankan patriotisme dan idealismenya. Mahasiswa Ikatan Dinas dicap pembelot oleh pemerintah Soeharto karena tak menerima Orde Baru. Tidak semua mahasiswa di Praha berideologi Komunis, malahan sebagian besar adalah Nasionalis, dan sebagian besar merupakan pendukung dari Soekarno. Mulai saat itu, ia kehilangan kewarganegaraan. Akibat tak mempunyai kewarganegaraan, mereka berjuang bersama demi bertahan hidup karena passport dicabut oleh pemerintah Soeharto. Meskipun sekolah yang diberikan pemerintah Ceko gratis, tetapi kebutuhan lainnya harus tetap dipenuhi. Sehingga Jaya dan rekan-rekan lainnya harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Hingga saat ini terlihat Jaya bekerja membersihkan gedung pertunjukan.
Dalam film "Surat dari Praha", masyarakat yang menolak Orde Baru ketika itu dianggap sebagai orang-orang komunis. Namun, kenyataannya tidak semua orang yang menolak Orde Baru ialah komunis, ada pula yang nasionalis.
Pada alur film "Surat dari Praha" tergambar adanya pemaksaan kehendak yang dilakukan oleh pemerintah, golongan, maupun seseorang yang berwenang demi kepentingan tersendiri. Pemaksaan yang dilakukan oleh pemerintahan yakni menuntut para mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar negeri agar mau mengakui pemerintahan dan dipandang sebagai komunis atau pengkhianat negara jika tidak mematuhi perintah tersebut. Akibat peristiwa tersebut, pemikiran masyarakat juga tergiring hingga muncul cap komunis sebagai orang yang berbahaya. Label tersebut diberikan kepada mereka yang berbeda pandangan dengan rezim yang berkuasa ketika itu.
Berdasarkan analisis saya, pembuat film "Surat Dari Praha" mengutarakan pesannya mengenai perjuangan Laras untuk memberikan kotak surat dan menuntaskan tugas yang diamanahkan kepadanya. Serta perjuangan Jaya terhadap keyakinannya untuk tidak menerima Orde Baru, sehingga harus menetap dan menghabiskan sisa hidup di negeri orang.
Tidak banyak memperdalam mengenai Orde Baru dalam film ini. Hanya secercah kisah kasih mengenai dua insan yang dipengaruhi oleh sejarah masa Orde Baru. Namun, banyak amanat yang dapat dipetik dalam film "Surat dari Praha".
Pertama, keberanian Jaya dan rekan-rekan untuk tetap bertahan di negara asing dalam keadaan tanpa kewarganegaraan. Karena adaptif, mereka mampu bertahan hidup dan melawan kerasnya kehidupan. Pekerjaan apa saja dijalani meskipun tidak relevan dengan gelar sarjana yang telah mereka milik.
Kedua, film yang mengisahkan latar belakang gejolak politik tahun 1965 ini tidak sekadar mengungkap kekerasan pemerintahan yang telah mengubah nasib pekerjaan dan percintaan sejumlah insan, tetapi memberi pembelajaran tentang pentingnya berdamai dengan masa silam dan tak terkekang dalam belenggu kebencian dan stigmatisasi.
Penulis film menekankan sebuah perjuangan harus dijalankan dengan penuh kekuatan ikhlas serta ketulusan hati untuk memaafkan masa lalu, menjalani kehidupan yang sedang dihadapi saat ini, dan terus mempersiapkan kehidupan kelak di masa depan.
Sumber gambar:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H