Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Pola asuh Otoriter terhadap Perkembangan Sosial-emosional Anak

Diperbarui: 27 Januari 2023   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pola asuh otoriter (Authoritarian) merupakan pola asuh yang mendasarkan pada aturan yang berlaku dan memaksa anak  untuk  bersikap  dan  bertingkah  laku  sesuai  keinginan  orang  tua.  Pola  asuh  otoriter  akan membatasi dan menuntut anak mengikuti perintah-perintah orang tua dan orang tua yang otoriter akan menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang terhadap anak. Dalam pola asuh otoriter gaya pengasuhan yang diberikan oleh orang tua cenderung keras. Anak ditekankan pada kedisiplinan yang tinggi dan aturan-aturan yang harus dipatuhi dan membuat anak sulit untuk menghindari hal tersebut. Orang tua menuntut anak untuk patuh dan menerapkan hukuman ketika anak melanggar peraturan yang telah dibuat. sehingga anak cenderung berkembang menjadi anak yang kaku, sulit beradaptasi, tidak percaya diri, dan bisa mengarah pada perilaku-perilaku agresif. Menurut Hurlock (1990) Pola asuh otoriter adalah orang tua yang mendidik anak dengan memperlihatkan  ciri-ciri orang  tua yang menerapkan  peraturan  yang  ketat.

Dari hasil prasurvei observasi yang peneliti lakukan bahwa ada orang tua sering khawatir dengan perkembangan anaknya yang tidak sama dengan anak yang lain. Orang tua memberikan aturan dan larangan kepada anaknya agar dapat menjadi anak yang sesuai harapan orang tuanya. Adapun orang tua yang Otoriter cenderung mempunyai anak yang kurang bertanggung jawab, karena anak merasa bahwa pengawasan yang ketat dari orang tua. Ciri- ciri Pola asuh otoriter sebagai berikut: a. Orang tua kerap memberikan hukuman pada anak apabila anak melakukan kesalahan, b. Menuntut anak agar mengikuti arahan mereka tanpa menghargai kerja dan usaha, c. Membatasi aktivitas anak. D. Orang tua bertindak semaunya tanpa dapat dikritik oleh anak, e. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah terhadap apa-apa yang diperintahkan atau dikehendaki oleh orang tua, f. Anak tidak diberi kesempatan menyampaikan apa yang dipikirkan, diinginkan atau dirasakannya, g. Orang tua tidak memberikan pujian kepada anak nya.

Menurut Dedy Siswanto (2019:42), Ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai Berikut: a. Anak harus menaati peraturan-peraturan orang tua dan tidak boleh membantah, b. Orang tua sering mencari kesalahan anak, dan dihukumlah anak tersebut, c. Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan kepada anak, d. Jika ada selisih pendapat antara orang tua dan anak, maka anaklah yang akan disebut pembangkang, e. Orang tua memaksa anak untuk disiplin.

Pola asuh otoriter ini memiliki ciri-ciri sebagai mana diungkapkan oleh Al Tridhonanto & Beranda Agency (2014, hlm,12) yaitu : a. Anak harus tunduk dan patuh pada Peraturan orang tua, b. Mengawasi anak secara berlebih, c. Orang tua tidak pernah mendengar Pendapat anak, cenderung bersifat satu Arah. Sedangkan, Menurut Miftakhuddin & Rony Harianto (2020:137), ciri-ciri pola asuh otoriter adalah sebagai berikut: a. Orang tua memberikan aturan yang Ketat, hukuman keras, hanya memberikan sedikit pemahaman kepada anak, dan kurang ramah, b. Orang tua sering berkata, "saat Ibu/ayah seusiamu ibu/ayah sudah Bisa...".

Ada beberapa dampak negatif dari pola asuh orang tua yang Otoriter yaitu, anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan ini sering terlihat tidak bahagia, dan cemas dengan perbandingan antara mereka dengan anak lain, gagal dalam inisiatif kegiatan, dan lemah dalam kemampuan komunikasi sosial. menurut Diana Baumride, berpendapat bahwa akibat pola asuh otoriter terhadap anak adalah: a) Anak menjadi pasif , tapi agresif artinya di depan orang tua menjadi penurut, tapi dibelakangi orang tua menjadi nakal; b) Sangat ketergantungan pada orang lain; c) Kurang bertanggung jawab pada diri sendiri; d) Selalu ingin disuruh dan di atur; e) Hilang kepercayaan terhadap diri sendiri; f) Lebih baik patuh dari pada berpikir; g) Tidak mau mengambil keputusan; h) Melakukan yang dilarang sebagai perlawanan; i) Mudah marah dan mengkritik; j) Selalu merasa bersalah dan orang tua benar; k) Ingin selalu menguji orang lain.

Menurut pendapat Santrock anak-anak dari orang tua yang otoriter sering kali tidak bahagia, takut, dan cemas ketika membandingkan dirinya dengan orang lain, tidak memiliki inisiatif dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk. Menurut Baumrind sebagaimana mendefinisikan orang tua otoriter mengakibatkan anak mereka cenderung menjadi lebih tidak puas, menarik diri, dan tidak percaya pada orang lain.

Hurlock berpendapat bahwa pola asuh otoriter sebagai disiplin yang menetapkan peraturan dan memberitahukan anak bahwa ia harus mematuhi peraturan tersebut. Anak tidak diberikan penjelasan mengapa harus patuh dan tidak diberi kesempatan mengemukakan pendapat. Menurut pendapat saya dampak pola asuh otoriter ini juga akan mempengaruhi pada pendidikan anak, anak akan memiliki kemampuan akademik yang rendah, karena adanya pola asuh orang tua yang salah dalam mendidik anak nya. Misalnya ketika orang tua yang menyuruh anak nya untuk belajar, sedangkan orang tua menonton televisi. Dengan ada nya pola asuh seperti ini akan mengurangi tingkat belajar anak yang rendah.

pola asuh orang tua merupakan hal yang menjadi awal perkembangan kemampuan sosial anak, orang tua adalah orang yang pertama yang dikenal oleh anak sehingga apabila pola asuh yang diterapkan terkesan kaku dan ada unsur kekerasan, kemampuan anak untuk membuka dirinya dan bertukar pikiran dengan orang tua akan menghilang. perkembangan sosial anak serta pola asuh otoriter menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kedua hal tersebut dimana selain berpengaruh negatif, pola asuh otoriter dapat menghambat perkembangan sosial anak seusianya. Pola asuh Otoriter ini sangat berperan dalam perkembangan anak, terutama perkembangan sosial emosional. Pola asuh otoriter ini menghasilkan perkembangan sosial emosional yang berbeda-beda. Banyak hal negatif yang timbul pada diri anak akibat pola asuh otoriter ini, yaitu anak takut untuk mencoba sesuatu yang baru atau ketika mengenal lingkungan baru, emosinya tidak terkontrol, pemalu, lebih banyak diam, cemas, dan kurang kreatif. Dampak dari pola asuh orang tua yang Otoriter terhadap perkembangan sosial-emosional anak adalah anak tidak berani dalam mengambil keputusan dan selalu bergantung pada perintah orang lain. Perilaku sosial-emosionalnya masih belum muncul. Pola asuh otoriter dapat berdampak negatif terhadap perilaku sosial anak, semakin tinggi Penerapan pola asuh otoriter maka semakin rendah perilaku sosial yang dimiliki oleh anak. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan Otoriter menjadi anak yang pasif dihadapan orang tua tapi bisa agresif ketika dihadapan orang lain. Mereka juga akan sangat sulit untuk bertanggung jawab dengan dirinya sendiri, hilangnya rasa kepercayaan diri, melakukan perlawanan karena terlalu banyak dilarang, sulit mengendalikan emosi, dan selalu merasa dirinya bersalah akibat perkembangan psikososial yang kurang baik. Permatasari, Y. I (2018) perkembangan sosial emosional pada usia anak-anak perlu mendapatkan perhatian dari orang tua.

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan emosional anak usia dini yang mempunyai latar belakang pola asuh orang tua yang otoriter yaitu sesuai dengan teori tersebut di atas, diantaranya: (1) mengajarkan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang dialaminya; (2) meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan emosi anak tersebut pada kegiatan lain yang berarti; (3) membiasakan anak untuk dapat memotivasi dirinya sendiri. Hal ini berkaitan dengan kemampuan anak dalam melakukan suatu hal; (4) mengajarkan dan membiasakan anak untuk dapat memahami perasaan orang lain; dan (5) membiarkan anak bermain dengan teman sebayanya dan mengarahkan cara bermain anak sehingga anak tidak mendominasi atau dikuasai anak lain. Beberapa saran juga Bagi Pendidik sebagai seseorang hendaknya memahami lingkungan anak di rumah untuk bahan pertimbangan dalam proses Pembelajaran agar pendidik dapat memaksimalkan pembelajaran dan mendidik anak secara optimal serta anak dapat berkembang sesuai dengan tahapan Perkembangannya. Dan bagi Orang Tua harus tepat memilih dan menerapkan pola asuh terhadap anaknya, agar anak dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahap perkembangannya. Gaya pengasuhan orang tua terhadap anaknya akan mempengaruhi pada perkembangan emosional anak.

Dapat disimpulkan bahwa bentuk Pola asuh otoriter dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial-emosional anak. Dari ciri-ciri pola asuh otoriter yang diberikan pada anak sampai berdampak pada kehidupan sosial nya dan pada perkembangan nya. Dari penelitian ini semakin menunjukkan tingginya dampak negatif pola asuh otoriter terhadap persoalan kepribadian, perilaku, hingga gangguan belajar serta kemampuan bersosialisasi anak dengan lingkungan. Pola asuh otoriter ini berdampak dalam banyak hal, tidak hanya berdampak pada kondisi kepribadian anak dalam lingkungan keluarga, melainkan juga berdampak terhadap kepribadian anak di lingkungan pendidikan dan sosialnya. Sebab pola asuh otoriter berakibat fatal terhadap perkembangan kepribadian anak, kesehatan mental, emosional serta kemampuan belajar dan penyesuaian anak. Tindakan preventif tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan khusus parenting terhadap orang tua, calon orang tua (karena menjelang memiliki keturunan atau menjelang perkawinan) atau kepada orang tua secara umum dan luas, sehingga pendidikan tersebut diharapkan menjadi pengetahuan dasar bagi orang tua khususnya terkait cara mengasuh anak yang baik, supaya tidak terjatuh dalam tindakan pola asuh yang tidak baik dan berakibat buruk terhadap perkembangan kepribadian.

Daftar pustaka

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline