Program pendidikan dokter spesialis merupakan tahap kritis dalam pembentukan para profesional medis.
Namun, tahap ini juga seringkali diwarnai oleh tekanan yang luar biasa, yang dapat berdampak serius pada kesejahteraan mental para mahasiswa dokter.
Di artikel kali ini, kita akan sama-sama membahas fenomena depresi dan perundungan dalam pendidikan kedokteran, serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah ini.
Hasil skrining Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 22,4% mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) mengalami gejala depresi.
Bahkan lebih mengkhawatirkan, sekitar 3% dari mereka mengaku memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup atau melukai diri sendiri.
Mengapa hal ini terjadi?
1. Tekanan Akademis Tinggi
Program pendidikan dokter spesialis memerlukan komitmen tinggi terhadap pembelajaran dan penelitian.
Beban akademis yang berat, ujian, dan tuntutan praktik klinis dapat memicu stres dan depresi.
2. Beban Kerja
Mahasiswa dokter seringkali menghadapi beban kerja yang berlebihan.
Jam kerja panjang, jadwal yang padat, dan tanggung jawab terhadap pasien dapat menguras energi dan mengganggu keseimbangan hidup.