Di tengah panggung politik Indonesia, kemungkinan adanya duet Prabowo Subianto dan Erick Thohir sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dalam Pemilihan Presiden 2024 (Pilpres 2024) telah menarik perhatian banyak pihak.
Namun, tidak bisa diabaikan bahwa skenario ini mungkin akan menghadapi tantangan nyata dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
PKB, partai dengan basis massa Islam yang kuat, telah memunculkan nama Muhaimin Iskandar, Ketua Umum mereka, sebagai kandidat potensial untuk posisi cawapres sejak jauh sebelumnya.
Walau punya popularitas dan rekam jejak yang mengesankan, Erick Thohir menghadapi medan yang tidak mudah.
Meskipun dia mendapatkan dukungan dari Partai Amanat Nasional (PAN) dan mendapat restu dari Presiden Joko Widodo, PKB telah menjadi partai pertama yang memutuskan untuk bergabung dalam koalisi dengan Partai Gerindra untuk mendukung Prabowo sebagai calon presiden. (Sumber: Tribunpalu.com)
Tawaran PKB ini bukan hanya sekadar strategi politik biasa, ini juga mencerminkan tekad PKB dalam menjaga harga diri dan mempertahankan basis dukungan mereka.
Usaha PKB untuk menempatkan Muhaimin sebagai pendamping Prabowo adalah pernyataan politik yang kuat.
Namun, bila keputusan ini harus diubah atau tidak tercapai, PKB kemungkinan akan merasa tersinggung secara politik.
Selain itu, ada risiko nyata bahwa PKB bisa kehilangan dukungan dari kalangan Nahdliyin, kelompok yang memiliki hubungan erat dengan PKB dan juga merupakan kelompok pemilih yang signifikan.
Penting bagi Prabowo untuk menyadari pentingnya mengonsolidasikan dukungan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.