Pertama-tama, penting untuk mengakui bahwa batasan usia dalam situasi seperti ini dapat memicu perdebatan yang kompleks.
Dalam konteks mengikuti tes yang terkendala oleh batas usia, pendekatan yang bijaksana dan rasional haruslah mempertimbangkan dua aspek utama, yaitu kesempatan dan kelayakan.
Pertama, dari sudut pandang kesempatan, penulis berpendapat bahwa setiap individu berhak mendapatkan kesempatan yang adil untuk mengikuti tes tanpa diskriminasi berdasarkan usia.
Namun, ada argumen yang mungkin mendukung adanya batasan usia dalam beberapa konteks tertentu.
Misalnya, dalam seleksi atlet profesional, batasan usia bisa diasumsikan sebagai upaya untuk mempertahankan keseimbangan kompetisi dan menghindari keuntungan unfair yang mungkin dimiliki oleh atlet yang lebih muda.
Kedua, dari segi kelayakan, penting untuk memastikan bahwa setiap peserta tes memiliki kemampuan dan kualifikasi yang sesuai dengan tuntutan posisi atau program yang dilamar.
Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah batasan usia adalah indikator yang paling akurat untuk mengukur kelayakan?
Dalam beberapa kasus, pengalaman hidup dan profesional yang diperoleh seiring bertambahnya usia dapat menjadi nilai tambah yang signifikan.
Jika penulis berada dalam posisi yang serupa, penulis mungkin akan menyampaikan bahwa pengaturan batasan usia perlu dipertimbangkan ulang secara cermat.
Penulis akan merujuk pada studi dan data empiris yang menunjukkan bahwa kemampuan dan produktivitas seseorang tidak selalu terkait dengan usia.