--Menjelang Haul ke 482--
Berita tentang memburuknya kesehatan Kanjeng Sunan Kudus Ja'far Shoddiq dalam beberapa hari terakhir ini sudah menyebar luas hingga ke Giri Kedaton dimana Sunan Giri Prapen tinggal.
Lantunan zikir tengah malam yang biasa digelar, kini berganti dengan alunan doa dan pengharapan. Mereka berharap penuh atas kesembuhan sang Sunan yang bergelar waliyyul ilmi. Sunan Giri Prapen yang memimpin doa dan zikiran itu terus saja memutar tasbih tiada henti.
Sementara itu, rombongan Sunan Gunung Jati di istana Caruban bergegas berangkat menuju Kudus setelah salah satu utusan Demak mengabarkan kondisi terakhir sang Qadhi utama istana peninggalan Raden Fatah.
Di selatan, adipati Pajang Adiwijaya segera membubarkan Paseban Agung. Rapat besar bersama para adipati bawahan Demak itu diakhiri tanpa keputusan. Sutawijaya yang sedang asik berlatih pedang di bawah pengawasan Ki Ageng Pemanahan dipanggil untuk diajak turut serta ke utara. "Sekalian menengok Benawa yang nyantri di Padepokan Kudus," ujar Adiwijaya yang waktu muda berjuluk Jaka Tingkir.
Sementara jauh di pesisir utara, Kangjeng Sunan Kudus Ja'far Shodiq masih belum bisa dijenguk, meski para tamu terus saja berdatangan.
***
Setelah kematian Sultan Trenggono, Sunan Kudus banyak menghabiskan waktu bersama muridnya di Padepokan Tajug. Padepokan ini merupakan peninggalan dari guru beliau bernama Kiai Telingsing, ulama berdarah Cina, anak dari prajurit Laksamana Ceng Ho yang memilih menetap di kadipaten Semarang.
Selain karena banyaknya fitnah yang beredar di antara para putra mahkota-menantu, hingga antar Sunan anggota majlis panatagama, absennya Sunan Kudus di Demak juga sebab usia beliau yang sudah tidak mungkin lagi bisa maksimal menyelesaikan berbagai persoalan kerajaan.
Peristiwa terbunuhnya Sultan Demak keempat Raden Bagus Mukmin alias Sunan Prawoto, yang berlanjut dengan kematian Pangeran Hadirin, suami dari Ratu Kalinyamat Jepara adalah deretan fitnah yang hingga kini terus tercatat dalam goresan sejarah.
Puncaknya, saat Aria Penangsang, putra Pangeran Sekar, cucu Raden Fatah, yang juga murid kesayangan Sunan Kudus harus berhadapan dengan Adipati Pajang Adiwijaya, yang tak lain adalah menantu Sultan Trenggono.