Lihat ke Halaman Asli

ilham aufa

Wiraswasta, Penulis Lepas

Sujud Terakhir Kangjeng Sunan Kudus

Diperbarui: 14 September 2018   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelataran Masjid Menara Kudus sekitar tahun 1910 - 1939. Sumber gambar dari Wikimedia bekerjasama dengan Tropen Musem

(Tulisan Menjelang Haul ke 482)

Di usia sepuhnya, mantan panglima Demak itu mengumpulkan semua anak cucunya. Terlihat juga cicit-cicitnya yang sedang asik bermain di pelataran masjid yang baru selesai di bangun. Di antara yang lainnya, beberapa bocah lucu asik memanjat sampai ke puncak menara, karya agung kakeknya yang masih ada hingga kini.

Probodinabar, putri bungsu Sunan Kudus tak menampakkan mukanya yang kelelahan. Meski dalam sebulan terakhir ia yang sering wira wiri memenuhi kebutuhan harian ayahnya yang semakin parah sakitnya.

Beberapa pembesar kerajaan Demak yang datang menjenguk, dilayani oleh Panembahan Kudus, putra tertua dari istri kedua Sunan Kudus. Ia menggantikan peran Amir Hasan, anak Sunan Kudus dari istri pertama yang kini lebih banyak mengabdikan diri di Pulau Karimun. Sebuah pulau kecil, sekitar 10 jam perjalanan perahu kecil dari seberang Jepara.

Sanak saudara dari daerah Jipang Panolan pun telah beberapa hari ini berkumpul. Menengok pamanda mereka yang pernah lama tinggal di Jipang Panolan. Sebagaimana diketahui, Ja'far Shodiq, nama asli dari Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung, seorang ulama yang menetap di Jipang Panolan.

Meski menetap di Jipang, karena perannya juga sebagai panglima perang semenjak Raden Patah dilantik sebagai Sultan, mengharuskan dia juga sering pergi ke ibukota Demak yang jauhnya seharian perjalanan berkuda.

Sunan Ngudung menjadi partner sekaligus penghubung antara panatagama dan panatapraja. Panatagama saat itu dipimpin oleh Sunan Bonang dalam majlis bernama Waliyyul Amri, dewan Wali sembilan. Sedang panatapraja diamanahkah kepada Pangeran Jinbun alias Raden Patah dengan sebutan Sultan Demak Bintoro.

Dalam sebuah peperangan dengan Andayaningrat, raja dari sebuah kerajaan kecil bernama Pengging yang tunduk kepada Girindra Wardhana di Kediri, Sunan Ngudung terbunuh. Sunan Kudus langsung mengambil alih komando dan memimpin peperangan.

Tak lama setelahnya, Andayaningrat yang tak lain adalah ayah dari Kebo Kenongo, kakek dari Adiwijaya alias Jaka Tingkir, terjungkal. Tewas di tangan Sunan Kudus.

Setelah peristiwa itu, Kebo Kenongo, putra mahkota Pengging yang telah masuk Islam memilih membubarkan kerajaan Pengging. Mengganti dengan sebuah padepokan kecil, tempat mengaji dan mendalami ilmu agama.

Yang menjadi guru dari perguruan itu adalah Syekh Siti Jenar. Bersama dengan Ki Ageng Butuh, Ki Ageng Ngerang dan Ki Ageng Tingkir, Kebo Kenongo yang telah berganti nama dengan Ki Ageng Pengging meluaskan ajaran manunggaling Kawula Gusti. Selanjutnya, akan ada cerita terpisah menganai tokoh2 ini di masa Demak selanjutnya. Tentu dalam judul yang berbeda. (Bersambung)

Pamulang, 13 September 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline