Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Toleransi Berdampak Ekstremisme

Diperbarui: 2 Maret 2018   12:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: canacopegdl.com


Pernahkah kalian mendengar mengenai suatu kelompok agama fanatik dengan alasan menegakkan kebenaran, mereka menyalahkan dan mengkafirkan kelompok lain, bahkan melakukan kekerasan atas nama Tuhan dan agamanya? Atau suatu kelompok ras kulit putih yang membenci kelompok ras kulit hitam dan melakukan penyerangan? Kasus - kasus di atas merupakan contoh dari ekstremisme.

Apa itu ekstremisme ? Ekstremisme berarti  "menjadi ekstrem". Namun, istilah ini banyak dipakai untuk menggambarkan paham baik politik atau agama dalam menyerukan aksi dengan segala macam cara yang dianggap tidak wajar untuk mencapai tujuannya. Ekstremisme merupakan inti dari radikalisme dan satu langkah menuju terorisme.

Ekstremisme dapat disebabkan oleh ideologi di mana seseorang menganggap ideologi mereka paling benar, salah satunya adalah organisasi Al-Qaeda. Ekstremisme juga dapat disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, diskriminasi, ketidakadilan, intoleransi dan tidak terpenuhinya hak.

Ekstremisme kekerasan telah marak terjadi dan telah dibahas dalam forum-forum tingkat nasional maupun internasional. Banyak upaya melawan ekstremisme dan kekerasan telah dilakukan namun hal tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Banyak kasus ekstremisme yang terjadi di dunia,  misalnya kelompok teroris di Amerika Serikat neo Nazi yang berjumlah 5 -12 juta orang. Mereka adalah ras kulit putih yang memandang kelompok miskin sebagai akibat dari adanya imigran dan ras kulit hitam dan menuduh mereka sebagai penyebab kemiskinan.

Ekstremisme yang paling kita kenali adalah ekstremisme agama. Jika kita membahas tentang ekstremisme agama di Indonesia pasti kita langsung teringat dengan ekstremis Islam. Siapakah ekstremis Islam? Apakah ISIS dengan bom dan terorisme? Apakah FPI dengan demonstrasi yang diduga untuk makar ? Contoh diatas dapat dikategorikan sebagai ekstremisme kekerasan.

Sebenarnya darimana kita tahu yang mana ekstremisme?

Ingatkah kalian dengan pemilihan gubernur DKI Jakarta? Banyak negara yang memandang pilgub DKI sebagai pengalihan kekuasaan dari tangan non-Muslim. 'Pilgub DKI antara Kristen dengan bangkitnya Islam ekstremis' merupakan judul laporan oleh harian USA Today. Pada paragraf pertama menyebutkan bahwa pemilihan telah menunjukkan gagalnya toleransi di Indonesia yang mayoritas muslim ini.

Ahok terjerat kasus penistaan agama dan disebut kafir. Hal ini membuat dia berhadapan dengan lawannya yang kebanyakan beragama Islam serta meningkatnya perlawanan dari Muslim garis keras. Tersebarnya berita bohong juga diyakini mempengaruhi proses pemilihan. Pidana penistaan agama masih diperdebatkan oleh para ahli HAM tapi apakah sebuah penistaan agama dapat ditoleran ? Jadi apakah pilgub DKI dimenangkan oleh ekstremisme Islam? Banyak rakyat Islam yang menolak pemimpin non Muslim. Kebanyakan orang berpikir bahwa mereka fanatik dan ekstrem. Tapi apakah memilih pemimpin berdasarkan agama dan keputusan sendiri adalah ekstremisme?

Sumber: www.cartoonmovement.com

Sebenarnya sangatlah rumit. Hal itu tergantung dari pandangan setiap orang yang pasti berbeda-beda. Memang sulit untuk mengerti orang lain sehingga kesalahpahaman sering terjadi. Memang kita mengalami benturan peradapan tapi dengan rasa toleransi kita bisa mengurangi konflik yang dapat timbul.Toleransi adalah sikap saling menghormati antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Toleransi menghindari terjadinya diskriminasi sekalipun terdapat banyak golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat. Ekstremisme merupakan tanggung jawab bersama kemanusiaan dan dengan toleransi, kita bisa menciptakan kehidupan yang lebih rukun. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline