Seperti yang kita ketahui, era pandemi yang sudah berlangsung cukup lama memaksa kita untuk hidup berdampingan dengan COVID-19 atau corona virus. Sudah sekitar dua tahun lebih kita hidup dalam bayang-bayang COVID-19 yang menjadikan kebiasaan mematuhi prokes (protokol kesehatan) menjadi pola setiap harinya.
Meski pemerintah sudah memberikan kelonggaran dalam mematuhi protokol kesehatan, budaya dalam mematuhi prokes ini seperti sudah menjadi keseharian yang tidak lepas di antara kita. Budaya seperti memakai masker, menggunakan hand sanitizer, dan bahkan mencuci tangan setiap memasuki tempat baru sudah seperti kebiasaan yang selalu kita jalani.
Kebiasaan ini dilakukan agar kita mampu bertahan dan juga beradaptasi dengan COVID-19 yang sudah hidup diantara kita.
Bagaimana Untuk Hidup Berdampingan Dengan COVID-19
Setelah hampir dua tahun lamanya wabah COVID-19 menyerang, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah yang di antaranya adalah memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), WFH atau Work From Home, dan lain sebagainya. Banyak kegiatan yang berlangsung secara online demi memutus rantai penyebaran COVID-19. Kita tidak bisa jika seperti ini terus menerus, kita harus bangkit dan hidup berdampingan dengan wabah tersebut.
Seiring dengan berjalannya waktu, dengan beberapa pemerataan vaksinasi COVID-19 bagi masyarakat dan berbagai upaya lainnya, kasus COVID-19 di Indonesia perlahan melandai. Dilansir dari website Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus aktif COVID-19 di Indonesia konsisten menunjukkan tren penurunan dan kini angkanya sudah di bawah 500.000 kasus per hari sejak Selasa, 1 Maret hingga Minggu, 6 Maret 2022.
Melandainya COVID- 19 berakibat pada banyaknya masyarakat yang menjadi lalai terhadap protokol kesehatan. Padahal hal tersebutlah yang dapat memicu naiknya kembali kasus COVID-19. Maka dari itu, kita dihimbau untuk tidak mengabaikan protokol kesehatan di era 'New Normal', di mana kita hidup berdampingan dengan COVID-19 demi memenuhi kebutuhan kita.
Mengapa COVID-19 Selalu Naik Turun
Secara general, banyaknya persebaran penyakit menular disebabkan oleh adanya interaksi segitiga epidemiologi yang biasa dikenal dalam studi kesehatan masyarakat yakni: agen atau virus, inang, serta lingkungan.
Faktor lingkungan merupakan faktor utama yang sangat memmengaruhi dalam penyebaran COVID-19 yang begitu cepat. Lingkungan dalam hal ini merupakan lingkungan sosial yang mempengaruhi manusia dan memungkinkan virus menyebar dari satu inang (orang) ke inang lainnya.
Virus penyebab COVID-19 menyebar melalui tetesan cairan (droplet) mulut dan hidung, lalu masuk ke saluran pernapasan. Kebijakan pembatasan atau melonggarkan mobilitas penduduk, termasuk implementasi protokol kesehatan, merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran virus di masyarakat. Ketika orang-orang berinteraksi, mereka berbicara satu sama lain, makan bersama, atau berkumpul, dan membuat risiko penularan virus menjadi sangat rentan.